"Ketika Herodes hendak membawanya keluar, pada malam itu juga Petrus sedang tidur di antara dua prajurit; ia dibelenggu dengan dua rantai, dan penjaga-penjaga berdiri di muka pintu sel penjara."
Ilustrasi simbolis pembebasan Petrus dari penjara.
Ayat ini berasal dari Kitab Para Rasul, pasal 12, yang menceritakan tentang penganiayaan terhadap jemaat mula-mula oleh Raja Herodes Agrippa I. Herodes menangkap Yakobus, saudara Yohanes, dan menyuruhnya dibunuh dengan pedang. Melihat hal ini menyenangkan orang Yahudi, ia kemudian melanjutkan dengan menangkap Petrus. Situasi Petrus sangat genting; ia dimasukkan ke dalam penjara dan dijaga dengan ketat, bahkan dibelenggu dengan dua rantai di antara dua prajurit. Tidak hanya itu, di depan pintu penjara juga ditempatkan para penjaga. Semua ini menunjukkan betapa yakinnya Herodes bahwa Petrus tidak akan bisa melarikan diri.
Konteks ini menggambarkan tingkat bahaya dan keputusasaan yang dihadapi oleh para rasul dan jemaat pada masa itu. Penganiayaan dan ancaman kematian adalah kenyataan sehari-hari. Namun, di tengah situasi yang tampaknya tanpa harapan ini, kekuatan dan campur tangan ilahi menjadi penopang utama. Jemaat tidak tinggal diam; mereka berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Allah untuk Petrus. Doa jemaat menjadi elemen krusial yang mengiringi peristiwa mukjizat yang akan terjadi.
Deskripsi dalam Kisah Rasul 12:6 secara gamblang menunjukkan upaya maksimal yang dilakukan oleh otoritas Romawi untuk mengamankan Petrus. Belenggu ganda, penempatan dua prajurit di sampingnya, dan penjaga di pintu gerbang adalah prosedur keamanan standar yang sangat ketat pada masa itu. Tujuannya jelas: mencegah segala bentuk upaya pelarian, baik oleh Petrus sendiri maupun oleh orang lain. Herodes sangat berambisi untuk mempertahankan popularitasnya di mata orang Yahudi, dan kematian Petrus akan menjadi kemenangan politik baginya.
Namun, ketatnya penjagaan ini justru menjadi latar belakang yang dramatis untuk menunjukkan kebesaran kuasa Allah. Sehebat apapun usaha manusia dalam mengendalikan situasi, kuasa ilahi selalu berada di atas segalanya. Kisah ini mengajarkan bahwa ketakutan dan kekhawatiran manusia seringkali dapat diatasi melalui iman dan penyerahan diri kepada Tuhan. Meskipun Petrus terikat secara fisik, ia dikelilingi oleh doa-doa yang naik kepada Allah. Hal ini menunjukkan bahwa ikatan terkuat bukanlah rantai besi, melainkan hubungan spiritual yang terjalin melalui doa.
Kisah ini puncaknya adalah pembebasan Petrus yang ajaib. Meskipun ayat 6 menggambarkan kondisi sebelum pembebasan, keseluruhan narasi dalam pasal 12 Kitab Para Rasul menceritakan bagaimana malaikat Tuhan mendatangi Petrus di tengah malam. Malaikat itu membangunkan Petrus, meruntuhkan belenggu-belenggu yang mengikatnya, dan memimpinnya keluar dari penjara melalui penjaga-penjaga yang tidak menyadarinya. Petrus sendiri awalnya tidak yakin apakah yang dialaminya itu nyata atau hanya mimpi.
Mukjizat ini tidak hanya menjadi bukti kuasa Allah yang luar biasa, tetapi juga menjadi sumber penghiburan dan penguatan bagi jemaat mula-mula. Di tengah penganiayaan yang kejam, mereka melihat bahwa Tuhan tidak meninggalkan mereka. Doa-doa mereka dijawab dengan cara yang tak terduga dan luar biasa. Kisah Rasul 12:6, sebagai bagian dari narasi pembebasan ini, mengingatkan kita bahwa bahkan dalam situasi yang paling gelap dan terancam, harapan dan pertolongan ilahi selalu tersedia bagi mereka yang percaya. Kisah ini terus menginspirasi untuk tetap beriman dan berdoa, yakin bahwa Tuhan sanggup melakukan hal-hal yang melampaui pemahaman manusia.