"Apakah karena akalmu maka rajawali terbang dan membentangkan sayapnya ke arah selatan?"
Ayat yang diambil dari Kitab Ayub, pasal 39 ayat 26, membuka tirai pemahaman kita tentang kekuatan dan keindahan alam ciptaan Tuhan. Pertanyaan retoris yang diajukan, "Apakah karena akalmu maka rajawali terbang dan membentangkan sayapnya ke arah selatan?" bukanlah sekadar pertanyaan biasa. Ini adalah undangan untuk merenungkan sumber dari kemampuan luar biasa yang dimiliki makhluk hidup, khususnya dalam hal naluri migrasi dan kehebatan penerbangan. Rajawali, dengan penglihatan tajamnya dan kekuatan sayapnya yang megah, adalah lambang keberanian, kebebasan, dan keahlian yang sempurna dalam mengarungi angkasa.
Tuhan mengarahkan fokus Ayub, dan melalui Ayub, kepada kita, untuk mengamati detail-detail penciptaan yang seringkali terabaikan. Rajawali tidak terbang karena dipandu oleh pemikiran logis manusiawi. Perjalanan panjang ribuan kilometer yang ditempuhnya, berpindah dari satu benua ke benua lain, mengikuti pola musiman yang telah diatur, adalah bukti kehebatan rancangan Ilahi. Terdapat sebuah kecerdasan bawaan, sebuah kompas alamiah yang ditanamkan Sang Pencipta dalam setiap serat tubuhnya, memungkinkannya untuk menavigasi samudra udara dengan presisi yang menakjubkan. Pergerakan sayapnya yang kuat, cara ia memanfaatkan arus udara, hingga kemampuannya mendeteksi mangsa dari ketinggian yang ekstrem, semuanya adalah buah dari kebijaksanaan yang jauh melampaui kapasitas pemahaman manusia.
Ayub 39:26 mengajak kita untuk berhenti sejenak dari kesibukan dan pergumulan hidup, dan mengalihkan pandangan ke langit. Di sana, kita akan melihat manifestasi keagungan Sang Pencipta. Rajawali yang terbang, membentangkan sayapnya dengan anggun, melambangkan kuasa, determinasi, dan kebebasan sejati. Ia terbang ke selatan, bukan karena ia memiliki peta, melainkan karena alam itu sendiri telah memberinya instruksi yang tak terucapkan, sebuah tarian harmonis dengan hukum-hukum alam semesta yang telah ditetapkan.
Lebih dari sekadar observasi alam, ayat ini memiliki implikasi spiritual yang mendalam. Ketika kita melihat kehebatan rajawali, kita diingatkan bahwa ada sebuah kekuatan dan kecerdasan yang lebih besar dari diri kita sendiri yang mengatur alam semesta ini. Kemampuan rajawali untuk terbang tinggi, melewati badai, dan menemukan jalan di tengah keluasan langit, dapat menjadi analogi bagi perjalanan iman kita. Terkadang, kita merasa kecil dan tidak berdaya di hadapan tantangan hidup, namun seperti rajawali, kita memiliki potensi untuk bangkit, terbang lebih tinggi, dan menemukan arah yang benar, asalkan kita berserah pada tuntunan Sang Pencipta. Pemahaman akan keagungan penciptaan ini seharusnya menumbuhkan rasa hormat, kekaguman, dan kerendahan hati dalam diri kita, sembari memperkuat keyakinan pada kebijaksanaan dan kuasa-Nya yang tak terbatas.