"Apakah kelinci hutan binatang mangsa bagi kamu, ataukah kamu mengawasi anak-anak induk sapi betina liar?"
Ayub pasal 39 dikenal sebagai salah satu bagian dalam Alkitab yang secara dramatis menggambarkan kebesaran dan kedaulatan Allah sebagai Pencipta alam semesta. Melalui serangkaian pertanyaan retoris yang ditujukan kepada Ayub, Tuhan menyoroti betapa terbatasnya pemahaman manusia dibandingkan dengan kebijaksanaan-Nya yang tak terduga. Ayat 8, "Apakah kelinci hutan binatang mangsa bagi kamu, ataukah kamu mengawasi anak-anak induk sapi betina liar?", adalah contoh bagaimana Tuhan menggunakan makhluk hidup di alam liar untuk mengajarkan pelajaran yang mendalam.
Pertanyaan ini tidak hanya sekadar tentang siklus hidup hewan, tetapi lebih jauh lagi tentang siapa yang memegang kendali atas segalanya. Tuhan menantang Ayub, yang sedang menderita dan mempertanyakan keadilan-Nya, untuk merenungkan peran dan kekuatan-Nya dalam mengatur alam. Apakah manusia yang menentukan nasib kelinci hutan, atau apakah manusia yang bertanggung jawab atas kelangsungan hidup anak sapi liar? Jawabannya jelas: tidak. Manusia tidak memiliki kendali mutlak atas ciptaan, apalagi atas nasib dan keberlangsungan hidup makhluk-makhluk di alam bebas.
Dalam penderitaannya, Ayub cenderung melihat dunia dari sudut pandangnya sendiri yang terbatas. Dia mungkin merasa bahwa segala sesuatu terjadi tanpa alasan, dan bahwa keadilan ilahi tidak bekerja. Namun, Tuhan menunjukkan bahwa ada sebuah tatanan yang lebih besar, sebuah rencana ilahi yang mengalir melalui setiap ciptaan, termasuk yang paling liar sekalipun. Tuhanlah yang menyediakan mangsa bagi kelinci hutan, dan Tuhan pulalah yang menjaga serta memelihara anak-anak induk sapi betina liar, memberikannya kekuatan dan kelangsungan hidup di tengah kerasnya alam.
Ini mengajarkan kita tentang perspektif. Ketika kita menghadapi kesulitan atau ketidakpastian, mudah untuk merasa bahwa kita sendirian atau bahwa kekuatan yang lebih tinggi tidak peduli. Namun, seperti yang ditunjukkan oleh Ayub 39:8, bahkan dalam detail terkecil dari alam liar, terdapat bukti pengelolaan dan pemeliharaan ilahi. Tuhan tidak hanya menciptakan; Dia juga memelihara dan mengatur. Kedaulatan-Nya mencakup segala aspek, dari yang paling sederhana hingga yang paling kompleks.
Rasa takjub dan hormat terhadap penciptaan adalah kunci untuk memahami kedudukan kita di hadapan Sang Pencipta. Ayub 39:8 mendorong kita untuk melihat lebih dari sekadar peristiwa-peristiwa yang terjadi, melainkan kepada Sumber dari segala peristiwa tersebut. Ini adalah panggilan untuk menaruh kepercayaan kita pada tangan ilahi yang mengendalikan bahkan siklus hidup binatang liar.
Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita mungkin berjuang dengan pertanyaan-pertanyaan sulit tentang mengapa hal-hal tertentu terjadi. Ayat ini mengingatkan kita bahwa meskipun kita mungkin tidak memahami semua detailnya, kita dapat beristirahat dalam keyakinan bahwa ada Tangan yang lebih besar yang memegang kendali. Kedaulatan Tuhan atas alam, sebagaimana diilustrasikan oleh kehidupan kelinci hutan dan sapi betina liar, adalah janji bahwa Dia memiliki kendali atas kehidupan kita juga. Marilah kita merenungkan kekuasaan Tuhan yang luar biasa dalam segala ciptaan-Nya, dan mempercayakan masa depan kita kepada-Nya.