Ayub 41:27
"Ia memandang rendah segala yang tinggi; ia adalah raja atas segala binatang yang sombong."
Kitab Ayub, sebuah karya sastra yang kaya akan perdebatan teologis dan filosofis, sering kali membawa kita pada renungan mendalam tentang kebesaran Tuhan dan kerapuhan manusia. Dalam pasal 41, kita diperkenalkan dengan gambaran Leviathan, makhluk laut yang luar biasa kuat dan menakutkan. Ayat 27, "Ia memandang rendah segala yang tinggi; ia adalah raja atas segala binatang yang sombong," memberikan sebuah perspektif yang menarik tentang sifat dan kedudukan makhluk ini dalam ciptaan.
Pernyataan bahwa Leviathan "memandang rendah segala yang tinggi" menyiratkan adanya superioritas yang tak tertandingi. Ini bukan sekadar kekuatan fisik semata, melainkan juga semacam keberanian atau arogansi inheren yang membuatnya tidak gentar menghadapi apapun, bahkan makhluk-makhluk atau entitas yang dianggap tinggi atau perkasa oleh yang lain. Konsep "tinggi" di sini bisa merujuk pada gunung, angkasa, atau bahkan kekuatan-kekuatan lain yang dianggap dominan. Leviathan, dengan segala kedahsyatannya, seolah memiliki pandangan yang meremehkan terhadap segala sesuatu yang mencoba menandinginya.
Lebih lanjut, ayat ini menyebut Leviathan sebagai "raja atas segala binatang yang sombong." Kata "sombong" di sini, dalam konteks kepengarangan Ayub, sering kali dihubungkan dengan sifat yang menentang atau membangkang terhadap otoritas yang lebih tinggi. Dengan menobatkan Leviathan sebagai raja atas binatang-binatang sombong, penulis seolah menggarisbawahi betapa dominannya makhluk ini. Ia bukan hanya kuat, tetapi juga memiliki otoritas atas keberadaan yang menantang. Ini bisa diartikan sebagai gambaran kekuasaan absolut yang diizinkan oleh Tuhan dalam tatanan alam semesta, sebuah pengingat bahwa bahkan kekuatan yang paling liar pun berada di bawah kendali ilahi.
Dalam konteks yang lebih luas dari Kitab Ayub, penggambaran makhluk seperti Leviathan sering kali digunakan oleh Tuhan untuk menunjukkan kepada Ayub betapa terbatasnya pemahaman manusia tentang kekuasaan dan kebijakan-Nya. Ayub, yang tengah bergumul dengan penderitaannya dan mempertanyakan keadilan Tuhan, diingatkan akan kebesaran ciptaan-Nya yang melampaui segala logika dan pemahaman manusia. Leviathan, dengan keanggunan dan kekuatannya yang menakutkan, adalah salah satu bukti nyata dari kehebatan penciptaan yang tidak dapat sepenuhnya diuraikan oleh akal manusia.
Ayub 41:27 ini bukan hanya sekadar deskripsi binatang mitologis, tetapi juga sebuah alegori tentang kekuatan yang luar biasa, dominasi, dan mungkin juga sifat pemberontakan yang dapat dikendalikan oleh Sang Pencipta. Ia mengajak kita untuk merenungkan bahwa di balik setiap fenomena alam yang menakjubkan dan menakutkan, terdapat kekuasaan yang lebih besar lagi, yaitu kekuasaan Tuhan yang tak terbatas. Memahami ayat ini, terlebih dalam bahasa yang sejuk dan cerah, bisa menjadi pengingat akan kebesaran alam semesta dan posisi kita di dalamnya, serta rasa kagum terhadap Sang Pencipta yang mampu menciptakan makhluk sekuat Leviathan, bahkan menjadikannya penguasa atas yang sombong.