Kisah yang tercatat dalam Kitab Bilangan pasal 21, ayat 6, menghadirkan sebuah narasi yang kuat tentang konsekuensi dari ketidaktaatan dan ketidakpercayaan umat Israel. Ayat ini menceritakan tentang bagaimana Tuhan mengirimkan ular-ular berbisa yang menggigit bangsa itu, menyebabkan banyak kematian. Kejadian ini bukan sekadar peristiwa acak, melainkan sebuah respons ilahi terhadap keluhan dan pemberontakan yang terus-menerus dilancarkan oleh umat pilihan-Nya selama perjalanan mereka di padang gurun.
Umat Israel, setelah keluar dari perbudakan di Mesir, seharusnya bersukacita dan bersyukur atas pembebasan ajaib yang mereka alami. Namun, sebaliknya, mereka berulang kali mengeluh tentang kekurangan makanan dan air, serta meragukan kepemimpinan Musa dan kehadiran Tuhan di tengah-tengah mereka. Ketidakpuasan ini terus memuncak, bahkan setelah Tuhan menyediakan mana dan air dari batu. Dalam konteks inilah, ular-ular berbisa dilepaskan. Ular, dalam banyak budaya dan tradisi, sering kali diasosiasikan dengan bahaya, racun, dan kematian. Kehadiran mereka menjadi simbol nyata dari konsekuensi spiritual dan fisik dari dosa dan ketidakpercayaan.
Ayat ini mengajarkan beberapa pelajaran penting. Pertama, ia menyoroti keseriusan dosa pemberontakan di hadapan Tuhan. Meskipun Tuhan adalah pribadi yang penuh kasih dan pengampunan, Dia juga adalah hakim yang adil. Ketidaktaatan yang terus-menerus dapat membawa akibat yang berat. Kedua, kisah ini menunjukkan bahwa Tuhan mendengar dan merespons keluhan umat-Nya, baik yang positif maupun negatif. Namun, respons-Nya terkadang bersifat korektif, untuk membawa umat-Nya kembali ke jalan yang benar.
Pelajaran yang paling mendalam dari kisah ini datang di ayat-ayat berikutnya (Bilangan 21:7-9). Ketika umat Israel menyadari kesalahan mereka dan memohon ampun kepada Musa, Tuhan menyediakan jalan keluar. Dia memerintahkan Musa untuk membuat patung ular dari tembaga dan menaruhnya di atas tiang. Siapapun yang dipagut ular dan memandang patung itu akan hidup. Ini adalah gambaran profetik yang luar biasa tentang Yesus Kristus. Sebagaimana patung ular tembaga menjadi sarana kesembuhan dari gigitan ular berbisa, demikian pula Kristus diangkat di kayu salib untuk menjadi penebusan bagi dosa-dosa umat manusia. Pandangan iman kepada Kristus yang tersalib memberikan kehidupan kekal bagi setiap orang yang percaya.
Bilangan 21:6, meski tampak seperti kisah hukuman, sebenarnya adalah pengantar bagi janji harapan dan keselamatan. Ia mengingatkan kita bahwa jalan kebenaran mungkin penuh tantangan, namun Tuhan tidak pernah meninggalkan mereka yang mencari-Nya dengan tulus. Ular-ular berbisa yang menjadi kutukan pada akhirnya mengarahkan umat Israel kepada solusi ilahi yang melambangkan keselamatan yang lebih besar.
Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita mungkin juga menghadapi "ular-ular berbisa" dalam bentuk kesulitan, kekecewaan, atau godaan dosa. Penting untuk tidak menyerah pada keputusasaan, tetapi belajar dari pengalaman bangsa Israel. Mengakui kesalahan kita, memohon ampun, dan mengalihkan pandangan kita kepada Kristus adalah kunci untuk menemukan kedamaian dan kehidupan. Bilangan 21:6 menjadi pengingat abadi bahwa bahkan di tengah-tengah ancaman paling serius, kasih dan rencana penyelamatan Tuhan selalu tersedia bagi mereka yang mau menerima.
Kisah ini mengajarkan kita untuk senantiasa menjaga hati dan pikiran kita tetap terarah kepada Tuhan, mempercayai pimpinan-Nya, dan mensyukuri setiap berkat yang diberikan. Perjalanan spiritual sering kali mengharuskan kita untuk melewati lembah-lembah gelap, tetapi janji Tuhan adalah untuk membawa kita keluar dari kegelapan menuju terang-Nya yang mulia.