"Perangilah peperangan TUHAN melawan Midian, sesudah itu kamu akan mati dan digabungkan kepada kaummu." (Bilangan 31:2)
Simbol Bilangan Tujuh dan Kemenangan
Kitab Bilangan, salah satu kitab dalam Taurat Musa, memuat berbagai kisah penting mengenai perjalanan umat Israel dan berbagai ketetapan ilahi. Di dalamnya, terdapat beberapa pasal yang secara spesifik menyoroti pentingnya keadilan, kesucian, dan kepatuhan terhadap perintah Tuhan. Dua angka yang sering kali muncul dengan makna mendalam adalah bilangan 31 dan 7. Meskipun tidak selalu terkait langsung dalam satu narasi, kedua bilangan ini bersama-sama memberikan pelajaran yang berharga bagi kita.
Pasal 31 Kitab Bilangan menceritakan tentang perang yang diperintahkan Tuhan melawan orang Midian. Perang ini bukanlah semata-mata aksi kekerasan, melainkan sebuah tindakan penegakan keadilan ilahi sebagai respons atas dosa dan kelicikan orang Midian yang telah menyesatkan umat Israel. Tuhan memerintahkan umat-Nya untuk berperang, dan kemenangan diraih berkat pimpinan serta kuasa-Nya. Ayat kunci dalam pasal ini, seperti yang tertera di awal, menekankan bahwa perang ini adalah "peperangan TUHAN". Hal ini menunjukkan bahwa segala tindakan, bahkan yang melibatkan konflik, harus dilakukan dalam kerangka kehendak dan keadilan Tuhan.
Lebih dari sekadar kemenangan di medan perang, pasal ini juga menyoroti pentingnya pengudusan setelahnya. Ada aturan rinci mengenai pembagian harta rampasan, pemurnian diri, dan penyucian segala sesuatu yang telah diperoleh dari musuh. Ini mengajarkan bahwa setelah sebuah tugas ilahi diselesaikan, umat harus kembali menguduskan diri dan segala milik mereka untuk dipersembahkan kepada Tuhan. Proses ini menegaskan bahwa setiap aspek kehidupan, baik saat menghadapi tantangan maupun setelahnya, harus selalu dipusatkan pada kesucian di hadapan Tuhan.
Sementara itu, bilangan 7 memiliki makna simbolis yang sangat kaya dalam tradisi keagamaan dan budaya. Dalam Kitab Bilangan sendiri, angka 7 sering kali diasosiasikan dengan kesempurnaan, kelengkapan, dan kekudusan. Contohnya adalah penciptaan dunia yang selesai dalam tujuh hari, penetapan hari Sabat sebagai hari ketujuh yang kudus, serta berbagai peraturan mengenai perayaan dan pemurnian yang sering melibatkan siklus tujuh.
Dalam konteks pasal 31, kita bisa melihat keterkaitan antara keadilan yang ditegakkan dan kesempurnaan yang Tuhan inginkan. Keadilan ilahi yang terlaksana melalui peperangan melawan Midian adalah bagian dari upaya Tuhan untuk memulihkan umat-Nya ke dalam kesempurnaan dan kekudusan yang telah Ia tetapkan. Bilangan 7, sebagai lambang kesempurnaan dan kekudusan, menjadi pengingat bahwa tujuan akhir dari setiap perintah Tuhan adalah agar umat-Nya dapat hidup dalam kesempurnaan di hadapan-Nya.
Kisah dalam Bilangan 31, yang diiringi dengan makna mendalam dari bilangan 7, mengajarkan kita beberapa hal penting. Pertama, bahwa Tuhan memiliki rencana keadilan-Nya. Meskipun terkadang melibatkan kesulitan atau bahkan konflik, pada akhirnya Tuhan bertindak untuk menegakkan kebenaran. Kedua, pentingnya menjaga kekudusan. Setelah menyelesaikan tugas atau melewati sebuah proses, kita dipanggil untuk menguduskan diri dan segala sesuatu yang kita miliki agar tetap berkenan di hadapan Tuhan.
Terakhir, bilangan 7 mengingatkan kita akan kesempurnaan Tuhan dan tujuan-Nya bagi umat-Nya. Dalam kehidupan sehari-hari, kita terus diajak untuk mengupayakan kesempurnaan dalam segala hal yang kita lakukan, bukan karena usaha manusia semata, melainkan karena tuntunan dan anugerah Tuhan. Dengan memahami dan merenungkan kisah-kisah serta simbol-simbol dalam Kitab Bilangan ini, kita dapat memperdalam iman dan komitmen kita untuk hidup dalam keadilan dan kesucian yang diperintahkan oleh Tuhan. Bilangan 31 dan 7, meskipun berbeda dalam konteks, keduanya bersatu dalam memberikan pesan tentang cara hidup yang berkenan di hadapan Pencipta kita.