"...anak-anak Elam: Mataniyah, Zakharia, Yekiel, Abdi, Yeremot dan Azarya."
Kitab Ezra mencatat peristiwa penting dalam sejarah umat Israel pasca pembuangan ke Babel. Setelah diizinkan kembali ke tanah leluhur mereka, bangsa ini menghadapi tantangan besar dalam membangun kembali Bait Suci, Yerusalem, dan tatanan kehidupan mereka sesuai dengan hukum Taurat Tuhan. Salah satu babak yang paling krusial adalah pemurnian bangsa dari praktik pernikahan campur dengan bangsa-bangsa asing, yang dianggap sebagai akar masalah kejatuhan dan penyembahan berhala di masa lalu.
Ayat-ayat dalam pasal 10, termasuk khususnya ayat 35, merupakan bagian dari daftar panjang nama-nama keturunan Israel yang diambil dari berbagai suku dan keluarga. Daftar ini bukan sekadar catatan silsilah, melainkan bukti nyata dari proses pertobatan dan komitmen umat untuk memisahkan diri dari segala sesuatu yang dapat menjauhkan mereka dari perjanjian dengan Tuhan. Setiap nama yang disebutkan mewakili individu dan keluarga yang tunduk pada ketetapan yang telah dibuat di hadapan Tuhan untuk mengembalikan kesucian bangsa.
Meskipun ayat 35 hanya menyebutkan beberapa nama dari keturunan Elam, yaitu Mataniyah, Zakharia, Yekiel, Abdi, Yeremot, dan Azarya, namun di baliknya tersirat sebuah pengakuan dan tindakan ketaatan yang mendalam. Bangsa Elam sendiri memiliki sejarah yang kompleks dalam relasi dengan Israel. Dalam konteks ini, mereka adalah bagian dari orang-orang yang telah membaur dengan umat Tuhan melalui pernikahan yang dilarang. Keberadaan nama-nama keturunan Elam dalam daftar mereka yang harus berpisah atau menata ulang hubungan menunjukkan bahwa tidak ada pengecualian dalam tuntutan pemurnian spiritual.
Proses yang dipimpin oleh Imam Besar Esra ini bukanlah sesuatu yang mudah. Bayangkan implikasinya bagi setiap keluarga yang terikat oleh pernikahan, kasih, dan bahkan anak-anak yang lahir dari hubungan tersebut. Namun, daftar panjang ini menunjukkan keberanian luar biasa dari umat untuk meletakkan ketaatan pada firman Tuhan di atas kepentingan pribadi, ikatan kekerabatan yang salah, dan kenyamanan sementara. Mereka memilih untuk memulihkan hubungan mereka dengan Tuhan dan memastikan masa depan spiritual bangsa Israel.
Kisah Ezra 10:35, dan seluruh pasal tersebut, memberikan pelajaran berharga bagi umat percaya saat ini. Dalam dunia yang semakin global dan terbuka, tantangan untuk menjaga kekudusan diri dan komunitas terus hadir. Pemisahan diri dari pengaruh duniawi yang menyesatkan, menjaga kemurnian ajaran, dan hidup sesuai dengan prinsip-prinsip ilahi adalah panggilan yang senantiasa relevan.
Nama-nama seperti Mataniyah, Zakharia, dan yang lainnya, meskipun hanya terukir di lembaran sejarah, menjadi pengingat bahwa setiap individu memiliki peran dalam gerakan pemulihan dan pemurnian. Ketaatan yang ditunjukkan oleh para leluhur ini bukan hanya tentang menghapus kesalahan masa lalu, tetapi juga tentang membangun fondasi yang kokoh untuk generasi mendatang. Hal ini mengajarkan kita pentingnya komitmen yang teguh pada prinsip-prinsip kebenaran, bahkan ketika menghadapi kesulitan atau tekanan sosial.
Kisah ini menegaskan bahwa ketaatan yang tulus kepada Tuhan akan selalu membawa berkat pemulihan dan kelanjutan anugerah-Nya. Ketika umat bersedia merombak apa yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, mereka membuka jalan bagi berkat dan pertumbuhan rohani yang lebih besar, seperti yang dialami oleh bangsa Israel pasca pembuangan.