"Keluarga Asaf: sembilan ratus dua puluh delapan orang."
Kitab Ezra mencatat kisah penting tentang kembalinya bangsa Israel dari pembuangan di Babel ke tanah perjanjian mereka. Peristiwa ini merupakan titik balik krusial dalam sejarah umat Allah, menandai dimulainya periode pembangunan kembali Bait Suci dan pemulihan kehidupan spiritual bangsa tersebut. Ayat-ayat dalam pasal 2 mencatat daftar nama-nama kepala keluarga dan jumlah orang yang kembali, memberikan gambaran konkret tentang skala dan komposisi rombongan yang dipimpin oleh Zerubabel dan Yosua.
Ayat 19 secara spesifik menyebutkan tentang "Keluarga Asaf" yang terdiri dari "sembilan ratus dua puluh delapan orang." Keluarga Asaf memiliki makna historis dan spiritual yang mendalam dalam tradisi Israel. Asaf sendiri adalah seorang Lewi, seorang pemazmur dan pemusik terkemuka yang melayani Raja Daud. Keturunannya kemudian melanjutkan tradisi mereka dalam pelayanan di Bait Suci, terutama dalam bidang musik dan pujian kepada Tuhan. Kehadiran mereka dalam rombongan kembali menunjukkan bahwa aspek ibadah dan seni liturgi tetap menjadi bagian integral dari identitas bangsa Israel, bahkan setelah masa pembuangan yang sulit.
Angka "sembilan ratus dua puluh delapan orang" dari keluarga Asaf bukan sekadar statistik. Ini mewakili individu, keluarga, dan generasi yang membawa warisan spiritual mereka kembali. Dalam konteks pembuangan, di mana banyak dari mereka mungkin telah lahir dan tumbuh dewasa di tanah asing, keputusan untuk kembali ke Yerusalem adalah tindakan iman yang luar biasa. Mereka meninggalkan kenyamanan relatif di Babel untuk menghadapi tantangan membangun kembali kehidupan di tanah leluhur yang telah lama ditinggalkan.
Kembalinya keluarga Asaf, yang dikenal dengan pelayanan pujian mereka, mengingatkan kita bahwa pemulihan bukan hanya tentang struktur fisik seperti Bait Suci, tetapi juga tentang memulihkan hubungan yang benar dengan Tuhan melalui ibadah. Pujian dan penyembahan adalah sarana untuk mengenang perbuatan Tuhan, menyatakan iman, dan membangun kembali identitas spiritual bangsa. Dengan kembalinya mereka, sejarah mencatat sebuah episode di mana iman, harapan, dan warisan budaya menyatu, membentuk fondasi bagi masa depan bangsa Israel.
Ayat Ezra 2:19, meski singkat, adalah pengingat akan ketekunan umat Allah dalam menghadapi kesulitan dan kerinduan mereka untuk kembali kepada Tuhan dan tanah perjanjian-Nya. Ini mengajarkan kita bahwa bahkan dalam perjalanan yang panjang dan penuh rintangan, kesetiaan pada panggilan ilahi dan pemeliharaan warisan rohani adalah kunci keberhasilan jangka panjang. Keluarga Asaf, dengan jumlahnya yang signifikan, menunjukkan kekuatan kolektif dan pentingnya setiap kelompok dalam mencapai tujuan yang lebih besar.