"Dan Daud berkata, 'Oleh karena Tabut Allah itu di tangan kita, maka marilah kita memindahkan Tabut itu ke Yerusalem, agar Tabut itu ada di hadapan kita, dan kita mengabdi kepada TUHAN.'"
Ayat dari Kitab 1 Tawarikh pasal 13 ayat 3 ini menyoroti sebuah momen penting dalam sejarah Israel, yaitu keputusan Raja Daud untuk memindahkan Tabut Perjanjian ke Yerusalem. Keputusan ini bukan sekadar pemindahan barang berharga, melainkan sebuah tindakan teologis yang mendalam. Tabut Perjanjian, yang berisi loh batu Sepuluh Perintah Allah, adalah simbol kehadiran Allah di tengah-tengah umat-Nya. Keberadaannya dianggap sangat krusial bagi kesejahteraan rohani dan keamanan bangsa.
Setelah sekian lama Tabut berada di tempat lain, terasing dari pusat kekuasaan kerajaan yang baru didirikan Daud di Yerusalem, sang raja merasa terpanggil untuk menyatukan kembali simbol kehadiran ilahi ini dengan ibukota kerajaannya. Daud memiliki visi untuk menjadikan Yerusalem sebagai pusat keagamaan dan politik bagi seluruh Israel. Memindahkan Tabut adalah langkah strategis untuk mengukuhkan Yerusalem sebagai kota suci, tempat di mana umat dapat datang untuk beribadah dan mencari bimbingan dari Tuhan.
Penting untuk dicatat bahwa niat Daud dalam ayat ini terdengar tulus dan saleh. Ia ingin mengabdi kepada TUHAN. Namun, sejarah mencatat bahwa upaya pertama Daud untuk memindahkan Tabut berakhir dengan tragedi. Uzzah, salah satu pengangkat Tabut, meninggal seketika ketika ia menyentuh Tabut itu untuk mencegahnya jatuh. Kejadian ini mengingatkan kita bahwa dalam berurusan dengan hal-hal kudus, kehati-hatian, ketaatan pada petunjuk ilahi, dan kerendahan hati adalah hal yang mutlak diperlukan. Ayat-ayat berikutnya dalam 1 Tawarikh 13 menjelaskan bagaimana Daud mempelajari kesalahannya dan akhirnya memindahkan Tabut dengan cara yang benar, yaitu sesuai dengan perintah Tuhan, dengan para Lewi yang mengangkatnya.
Kisah ini mengajarkan kita bahwa iman dan keinginan untuk melayani Tuhan harus selalu dibarengi dengan pemahaman dan kepatuhan pada firman-Nya. Niat baik saja tidak cukup; cara kita melakukannya pun harus sesuai dengan kehendak-Nya. Raja Daud, meskipun seorang raja yang dipilih Tuhan dan memiliki hati yang mendambakan kehadiran Tuhan, tetap harus belajar dari kesalahannya. Kisah ini menjadi pelajaran berharga bagi setiap orang yang ingin mendekatkan diri kepada Tuhan dan melayani-Nya dengan benar.
Keputusan Daud untuk memindahkan Tabut Perjanjian ke Yerusalem menjadi landasan penting bagi perkembangan ibadah di Israel. Yerusalem pun akhirnya menjadi pusat spiritual yang tak tergantikan, tempat di mana umat berkumpul, beribadah, dan merasakan kehadiran Tuhan secara nyata. Ini adalah pengingat bahwa pusat ibadah dan kesaksian iman kita, baik secara pribadi maupun komunal, perlu dijaga dan dihormati sebagaimana mestinya, selalu mengacu pada kebenaran firman Tuhan.