"yaitu orang Kanaan, orang Het, orang Hewi, orang Yebus, orang Amori, orang Lewi, dan orang Yerusalim, yang dijual kepada bangsa-bangsa negeri itu, dan dari anak-anak perempuan mereka diambil mereka menjadi istri dan untuk anak mereka."
Ayat Ezra 9:11, yang terambil dari Kitab Ezra dalam Perjanjian Lama, merupakan sebuah pernyataan yang cukup gamblang mengenai sebuah pelanggaran serius yang dilakukan oleh umat Israel pada masa itu. Ayat ini merinci daftar bangsa-bangsa asing yang keturunannya telah dinikahi oleh orang-orang Israel, yang merupakan sebuah tindakan yang sangat dilarang oleh Tuhan. Pengambilan istri dan menantu dari bangsa-bangsa yang telah Tuhan tetapkan untuk dikalahkan dan dihindari merupakan inti dari masalah yang dihadapi oleh bangsa Israel.
Konteks dari ayat ini sangatlah penting. Bangsa Israel baru saja kembali dari pembuangan di Babel, sebuah hukuman yang dijatuhkan Tuhan atas ketidaktaatan mereka yang berulang kali. Kembalinya mereka ke tanah perjanjian adalah sebuah tanda kemurahan dan kesempatan baru. Namun, dalam waktu singkat setelah kembali, mereka kembali tersandung pada dosa yang sama yang pernah membawa mereka ke dalam kesengsaraan: mencampuradukkan diri dengan bangsa-bangsa kafir. Ezra, seorang imam dan juru tulis yang kembali bersama generasi kedua, melihat langsung dan melaporkan situasi yang memprihatinkan ini kepada Tuhan.
Daftar bangsa yang disebutkan—Kanaan, Het, Hewi, Yebus, Amori, Lewi, dan Yerusalim (yang dimaksudkan adalah sisa-sisa penduduk asli di sana)—mewakili bangsa-bangsa yang secara tradisional memiliki praktik keagamaan dan sosial yang bertentangan dengan hukum Tuhan. Perkawinan campuran ini bukan hanya sekadar masalah sosial, tetapi lebih dalam lagi menyangkut kemurnian iman dan identitas umat Tuhan. Ketika orang Israel menikahi orang-orang dari bangsa-bangsa ini dan bahkan mengambil anak-anak perempuan mereka sebagai istri bagi anak-anak mereka, ini membuka pintu lebar bagi masuknya penyembahan berhala, tradisi asing, dan pelanggaran hukum Taurat Tuhan ke dalam kehidupan umat Israel.
Tuhan telah berulang kali mengingatkan umat-Nya agar tidak mengikuti cara hidup bangsa-bangsa lain, terutama dalam hal penyembahan ilah-ilah palsu. Perintah ini bertujuan untuk menjaga kekudusan umat-Nya dan memisahkan mereka sebagai umat pilihan yang memiliki hubungan khusus dengan Tuhan. Perkawinan campuran yang dilaporkan oleh Ezra ini adalah bukti bahwa batas-batas yang telah ditetapkan Tuhan telah dilanggar, dan kemurnian spiritual bangsa Israel terancam.
Ayat Ezra 9:11, beserta pasal-pasal di sekitarnya, menjadi sebuah pengingat yang kuat akan pentingnya ketaatan terhadap firman Tuhan, menjaga identitas rohani, dan berhati-hati agar tidak terpengaruh oleh kebiasaan dunia yang bertentangan dengan kehendak-Nya. Ini adalah peringatan abadi bagi setiap generasi, mengingatkan kita untuk senantiasa waspada terhadap pengaruh-pengaruh yang dapat mengikis iman kita dan memisahkan kita dari hubungan yang murni dengan Tuhan. Pentingnya menjaga kekudusan dan kemurnian, baik secara pribadi maupun komunal, tetap relevan hingga saat ini.