"Sebab kepada kamu dianugerahkan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia."
Firman Tuhan dalam Filipi 1:30 adalah pengingat yang kuat tentang panggilan hidup Kristen. Rasul Paulus menyampaikan sebuah kebenaran mendalam yang seringkali terabaikan di tengah kemudahan hidup modern: bahwa menjadi pengikut Kristus tidak hanya meliputi sukacita iman, tetapi juga kesediaan untuk menghadapi tantangan dan penderitaan demi Injil. Ini bukan panggilan untuk mencari kesusahan, tetapi pengakuan bahwa jalan yang diikuti seringkali penuh rintangan.
Ayat ini berbicara tentang dua anugerah besar yang diberikan kepada orang percaya. Pertama, anugerah untuk percaya kepada Kristus. Ini adalah dasar dari seluruh iman Kristen – sebuah pemberian dari Allah yang memungkinkan kita untuk menerima Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan kita. Tanpa anugerah ini, tidak ada seorang pun yang dapat benar-benar percaya dengan hati yang tulus. Kepercayaan ini bukan hanya sekadar persetujuan intelektual, tetapi penyerahan diri yang total.
Kedua, dan yang menjadi fokus utama ayat ini, adalah anugerah untuk menderita untuk Kristus. Paulus tidak melihat penderitaan sebagai hukuman atau tanda ketidaksetujuan Allah, melainkan sebagai sebuah kehormatan dan kesempatan. Ini menunjukkan bahwa penderitaan yang kita alami karena iman kita bukanlah sebuah kegagalan, tetapi sebuah partisipasi dalam pekerjaan Kristus sendiri. Kristus sendiri telah menderita demi kita, dan ketika kita ikut ambil bagian dalam penderitaan-Nya, kita sedang meneladani Dia dan menjadi rekan sekerja-Nya dalam menyebarkan kabar baik.
Mengapa penderitaan menjadi bagian dari panggilan? Dunia ini seringkali memusuhi pesan Injil. Ketika kita hidup sesuai dengan ajaran Kristus, kita mungkin menghadapi penolakan, kesalahpahaman, penganiayaan, atau sekadar kesulitan dalam mengkomunikasikan iman kita di tengah nilai-nilai yang bertentangan. Namun, justru dalam momen-momen inilah karakter kita dibentuk, iman kita diperkuat, dan kesaksian kita menjadi lebih otentik. Penderitaan yang dialami karena Kristus memurnikan kita, memampukan kita untuk melepaskan keterikatan duniawi, dan mengarahkan pandangan kita sepenuhnya kepada kekekalan.
Bagi orang Filipi, dan bagi kita hari ini, ayat ini seharusnya memberikan perspektif yang segar. Alih-alih takut akan kesulitan, kita dipanggil untuk melihatnya sebagai bukti kebenaran iman kita dan kesempatan untuk bersaksi. Setiap tantangan yang dihadapi demi Kristus adalah tanda bahwa kita sedang melakukan sesuatu yang berarti dan diperjuangkan oleh kuasa ilahi. Ini adalah panggilan untuk keberanian, ketekunan, dan keyakinan bahwa di dalam Kristus, bahkan penderitaan pun dapat membawa kemenangan dan pertumbuhan rohani yang tak ternilai.
Mari kita merangkul kedua anugerah ini: anugerah untuk percaya dan anugerah untuk menderita. Dengan demikian, kita akan menjadi saksi yang efektif bagi Kristus, di mana pun kita berada, dan dalam keadaan apa pun kita hadapi.