Ayat Alkitab Galatia 1:21, "Kemudian sesudah itu aku ke wilayah Siria dan Kilikia," merupakan bagian penting dari tulisan Rasul Paulus yang memberikan gambaran sekilas mengenai aktivitas awalnya setelah pertobatannya. Meskipun singkat, ayat ini kaya akan makna historis dan teologis, menunjukkan pergerakan Paulus yang signifikan dalam menyebarkan Injil.
Setelah pengalaman transformatif di jalan menuju Damaskus, di mana ia bertemu dengan Yesus yang bangkit, Paulus tidak segera bergabung dengan para rasul di Yerusalem. Sebaliknya, ia pergi ke wilayah Siria dan Kilikia. Wilayah ini memiliki arti strategis dan pribadi bagi Paulus. Siria, dengan pusat utamanya Antiokhia, menjadi salah satu kota Kristen pertama di luar Yerusalem dan merupakan basis penting untuk misi-misi perdana. Kilikia adalah tanah kelahirannya, sebuah provinsi Romawi di bagian tenggara Anatolia.
Perjalanan ke wilayah ini bukan sekadar perjalanan fisik. Ini menandai fase awal pelayanan Paulus, di mana ia mungkin telah bergulat dengan pemahaman baru tentang panggilannya dan bagaimana ia harus menerjemahkan pengalamannya dengan Kristus ke dalam pengajaran dan kesaksian. Mengingat latar belakangnya sebagai seorang Farisi yang taat dan penganiaya gereja, peralihan drastis ini pasti memerlukan periode refleksi dan pemuridan yang mendalam. Ayat ini menyiratkan bahwa Paulus tidak langsung terjun ke tengah-tengah kontroversi atau pelayanan publik yang besar, melainkan memulai dari "akar"nya sendiri, baik secara geografis maupun mungkin secara spiritual.
Beberapa ahli teologi berpendapat bahwa Paulus menghabiskan waktu yang cukup lama di wilayah ini, mungkin hingga beberapa tahun, sebelum akhirnya ia pergi ke Yerusalem untuk bertemu dengan Petrus dan Yakobus (seperti yang disebutkan dalam ayat-ayat berikutnya di pasal yang sama). Periode ini kemungkinan besar menjadi waktu baginya untuk mempelajari lebih dalam ajaran Kristus, membandingkannya dengan hukum Taurat yang ia kuasai, dan mulai merumuskan teologinya yang unik tentang keselamatan melalui iman kepada Yesus Kristus.
Oleh karena itu, Galatia 1:21 bukanlah sekadar pernyataan geografis, melainkan pintu gerbang untuk memahami bagaimana seorang penganiaya gereja berubah menjadi salah satu pilar Kekristenan. Perjalanan ke Siria dan Kilikia menandai langkah awal dari misi seumur hidupnya, yang akan membawanya ke seluruh dunia Romawi, membawa kabar baik keselamatan kepada orang Yahudi dan bukan Yahudi. Ini menunjukkan bahwa bahkan tokoh-tokoh paling berpengaruh dalam sejarah gereja pun memulai perjalanan mereka dengan langkah-langkah yang terkadang tidak terlihat, namun tetap krusial bagi panggilan ilahi mereka.