Galatia 4:30

"Tetapi apakah katanyanya dalam nas itu? "Usirlah perempuan budak itu beserta anaknya, sebab anak perempuan budak tidak berhak menjadi ahli waris bersama-sama dengan anak perempuan orang merdeka."
Merdeka Budak Keluarga

Ayat ini berasal dari Surat Galatia, sebuah surat yang ditulis oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Galatia. Dalam konteks yang lebih luas, Paulus sedang membahas perbedaan antara hidup di bawah hukum Taurat dan hidup dalam kebebasan melalui iman kepada Kristus. Perbandingan antara Ishak (anak Hagar, budak) dan Ismael (anak Sara, perempuan merdeka) digunakan sebagai perumpamaan.

Ayat Galatia 4:30 secara tegas menyatakan bahwa anak dari perempuan budak tidak memiliki hak waris yang sama dengan anak dari perempuan merdeka. Ini mencerminkan kondisi sosial dan hukum pada masa itu, di mana status anak sangat ditentukan oleh status ibunya. Seorang anak yang lahir dari ibu budak secara hukum juga dianggap budak dan tidak memiliki hak atas warisan ayahnya. Sebaliknya, anak yang lahir dari ibu yang merdeka memiliki hak penuh sebagai pewaris.

Paulus menggunakan analogi ini untuk menjelaskan perbedaan mendasar antara dua perjanjian: perjanjian yang didasarkan pada hukum Taurat yang mewujudkan perbudakan (seperti Hagar dan keturunannya yang berusaha hidup benar melalui perbuatan hukum), dan perjanjian baru yang didasarkan pada kasih karunia dan iman kepada Kristus, yang membebaskan kita dari perbudakan dosa dan hukum (seperti Sara dan keturunannya yang lahir dari janji).

Melalui ayat ini, Paulus menekankan bahwa keselamatan dan status kita di hadapan Tuhan bukanlah berdasarkan keturunan biologis atau usaha kita untuk menaati hukum Taurat, melainkan berdasarkan iman kepada Yesus Kristus. Ketika kita menerima Kristus, kita menjadi anak-anak Allah, anak-anak dari janji, bukan melalui usaha kita, tetapi melalui karya penebusan-Nya. Kita tidak lagi hidup di bawah kuk perbudakan dosa atau tuntutan hukum yang tidak dapat kita penuhi, melainkan dalam kebebasan sebagai pewaris janji Allah.

Ini adalah pengingat yang kuat bagi setiap orang percaya. Kita adalah anak-anak Allah yang merdeka, dilahirkan bukan dari keinginan daging atau darah, melainkan dari Roh Kudus. Status kita di dalam Kristus adalah status anak-anak yang dikasihi, yang memiliki hak waris kekal. Oleh karena itu, kita dipanggil untuk hidup dalam kebebasan yang telah dianugerahkan kepada kita, melepaskan diri dari segala bentuk perbudakan, baik itu dosa, ketakutan, atau pandangan yang membatasi tentang diri kita di hadapan Tuhan.

Fokus ayat ini adalah pada penegasan bahwa tidak semua "anak" memiliki hak waris yang sama. Hanya mereka yang lahir dari "perempuan merdeka", yaitu yang hidup dalam perjanjian kasih karunia melalui iman, yang menjadi pewaris sejati. Ini membedakan antara mereka yang mencoba mencari pembenaran melalui usaha sendiri dan mereka yang menerima pembenaran melalui iman kepada Kristus. Sebagai orang percaya, kita adalah pewaris bersama Kristus, anak-anak dari janji yang memiliki masa depan yang mulia di dalam-Nya.