"Setelah itu bangkitlah Yefta, orang Gilead, seorang pahlawan perkasa. Ia adalah anak seorang perempuan sundal, tetapi ayahnya ialah Gilead."
Kisah para hakim selalu menyajikan narasi tentang pergulatan, kejatuhan, dan pemulihan umat Israel. Dalam kitab Hakim, pasal 10 ayat 3, kita diperkenalkan dengan sosok Yefta, seorang tokoh yang latar belakangnya begitu unik dan menarik. Ia disebut sebagai "orang Gilead, seorang pahlawan perkasa." Gelar ini sendiri sudah menandakan bahwa Yefta memiliki kekuatan dan kemampuan yang luar biasa, mampu memimpin dan membela bangsanya di masa-masa sulit.
Namun, kehebatan Yefta diimbangi dengan status sosialnya yang rendah di mata masyarakat pada zamannya. Ia adalah "anak seorang perempuan sundal." Dalam konteks budaya kuno, status ini membawa stigma yang berat. Anak-anak yang lahir di luar pernikahan yang sah seringkali dipandang rendah, dijauhi, dan bahkan tidak diakui sebagai bagian dari keluarga besar. Kendati demikian, Alkitab juga mencatat bahwa "ayahnya ialah Gilead," yang menunjukkan bahwa secara biologis, Yefta tetap memiliki hubungan dengan garis keturunan Gilead.
Ayat ini, Hakim 10:3, bukan sekadar pengantar biografi. Ia adalah fondasi untuk memahami karakter Yefta dan perjalanan kepemimpinannya. Latar belakangnya yang terpinggirkan ini kemungkinan besar membentuknya menjadi pribadi yang tangguh, mandiri, dan mungkin juga memiliki rasa keadilan yang lebih peka. Ia terbiasa berjuang sendiri dan tidak bergantung pada pengakuan sosial. Hal ini menjadi krusial ketika umat Israel kembali jatuh ke dalam dosa dan membutuhkan seorang pemimpin untuk membebaskan mereka dari penindasan.
Kisah Yefta adalah pengingat bahwa Tuhan seringkali memilih orang-orang yang dipandang kecil oleh dunia untuk melakukan pekerjaan besar. Latar belakang bukanlah penentu takdir, melainkan karakter, iman, dan keberanian untuk bertindaklah yang utama. Kehadiran sosok seperti Yefta di tengah umat Israel yang membutuhkan penyelamat menunjukkan tema sentral dalam kitab Hakim: anugerah Tuhan yang terus-menerus bekerja, bahkan di tengah kegagalan dan kelemahan manusia. Peran Yefta sebagai seorang hakim, seorang pemimpin yang dipilih Tuhan, sangatlah penting dalam narasi penyelamatan Israel dari bangsa Amon. Ia bukan hanya seorang petarung ulung, tetapi juga simbol harapan bagi mereka yang terbuang, membuktikan bahwa keberanian dan ketulusan dapat mengatasi prasangka sosial dan membuka jalan bagi kebenaran serta pemulihan.
Fakta bahwa Yefta akhirnya diangkat menjadi pemimpin dan hakim atas Israel menunjukkan bahwa Tuhan melihat melampaui status dan asal-usul. Dia melihat hati yang siap melayani dan keberanian untuk menghadapi tantangan. Kisah ini menginspirasi kita untuk tidak menilai seseorang dari penampilannya atau dari latar belakangnya, tetapi dari karakter dan tindakan mereka. Dalam konteks keadilan, hakim seperti Yefta, meskipun memiliki awal yang sulit, dapat menjadi perwujudan dari kebenaran dan keadilan yang dibutuhkan bangsanya. Perjuangan Yefta membuktikan bahwa potensi besar dapat tersembunyi di tempat yang paling tidak terduga, dan bahwa panggilan Tuhan dapat menjangkau siapa saja yang bersedia menjawabnya.