Kisah yang diceritakan dalam Kitab Hakim-hakim pasal 11 membawa kita pada sosok Yefta, seorang Gilead yang gagah perkasa namun diasingkan oleh saudara-saudaranya. Dalam masa sulit bangsa Israel yang tertindas oleh orang Amon, para tua-tua Gilead teringat akan Yefta dan memintanya untuk memimpin mereka dalam peperangan. Yefta awalnya enggan, namun kerinduan untuk membela bangsanya dan mendapatkan kembali kehormatannya menggerakkannya untuk menerima tugas tersebut.
Sebelum berangkat ke medan perang, Yefta membuat nazar kepada Tuhan. Ia berjanji bahwa jika Tuhan menganugerahkan kemenangan atas musuh-musuhnya, maka apa pun yang pertama kali keluar dari rumahnya untuk menyambut kepulangannya akan dipersembahkan kepada Tuhan. Ini adalah sebuah janji yang penuh risiko, namun menunjukkan kedalaman iman dan tekad Yefta untuk sepenuhnya bergantung pada pimpinan ilahi.
Ayat Hakim-hakim 11:21 mencatat firman Tuhan yang disampaikan kepada Yefta sebelum ia bertempur. Kalimat ini sangat menguatkan: "Lalu TUHAN berfirman kepadaku: "Janganlah engkau takut kepadanya, sebab pada hari ini Aku menyerahkan dia ke tanganmu dan engkau harus berbuat kepadanya seperti yang telah ia perbuat." Ayat ini bukan sekadar kata-kata penghiburan, melainkan sebuah jaminan ilahi. Tuhan berjanji untuk memberikan kemenangan, menyerahkan musuh ke dalam tangan Yefta, dan menegaskan prinsip keadilan ilahi: perbuatan akan dibalas sesuai dengan apa yang telah dilakukan.
Perkataan Tuhan ini menjadi fondasi bagi keberanian Yefta. Ia tidak lagi dipenuhi keraguan atau ketakutan, melainkan keyakinan teguh akan pertolongan Tuhan. Penekanan pada "pada hari ini" memberikan rasa urgensi dan kepastian bahwa kemenangan akan segera diraih. Ini menunjukkan bahwa Tuhan berkuasa atas waktu dan situasi, dan Ia siap bertindak untuk membela umat-Nya yang berseru kepada-Nya.
Kisah Yefta dan ayat ini mengingatkan kita akan pentingnya iman yang teguh dalam menghadapi tantangan hidup. Ketika kita merasa kecil, tidak berdaya, atau bahkan diasingkan, firman Tuhan dapat menjadi sumber kekuatan dan keberanian yang luar biasa. Tuhan berjanji untuk tidak meninggalkan mereka yang berseru kepada-Nya dan yang berserah pada pimpinan-Nya.
Lebih lanjut, ayat ini juga menyoroti konsep keadilan ilahi. Tuhan melihat dan menimbang setiap perbuatan. Prinsip "seperti yang telah ia perbuat" menunjukkan bahwa Tuhan akan bertindak sesuai dengan kebenaran, memberikan ganjaran yang setimpal bagi setiap tindakan, baik itu kebaikan maupun kejahatan. Bagi Yefta, ini adalah janji pemulihan dan keadilan atas penindasan yang dialami bangsanya.
Kisah Hakim-hakim 11:21 mengajarkan kita untuk memiliki iman yang tidak tergoyahkan, untuk tidak takut menghadapi kesulitan, dan untuk selalu percaya pada keadilan serta kuasa Tuhan yang bekerja di setiap aspek kehidupan kita.