"Bukankah TUHAN, Allahmu, yang telah memimpin kamu keluar dari Mesir, telah memimpin kamu dalam perjalananmu, ketika kamu menghadapi orang Amori? Dan orang-orang yang kita kuasai ini, bukankah mereka telah diserahkan TUHAN, Allahmu, kepada kita untuk dibasmi? Mengapa kamu tidak berbuat demikian?"
Gambar: Ilstrasi kemenangan melalui kepercayaan
Ayat Hakim-Hakim 11:23 merupakan sebuah kutipan penting yang diucapkan oleh Yefta, seorang hakim Israel yang tangguh. Dalam konteks ini, Yefta sedang menghadapi penolakan dan perlawanan dari kaum bani Efraim yang merasa tersinggung karena tidak dilibatkan dalam peperangan melawan bani Amon. Mereka menuntut pertanggungjawaban Yefta karena telah maju berperang tanpa meminta bantuan mereka. Yefta, dengan kebijaksanaan dan keberaniannya, mengingatkan bani Efraim tentang kebenaran yang lebih besar.
Inti dari perkataan Yefta adalah pengingat akan campur tangan dan pemeliharaan Allah dalam kehidupan bangsa Israel. Ia secara gamblang menyatakan bahwa Allah sendirilah yang telah memimpin umat-Nya keluar dari perbudakan Mesir, sebuah peristiwa monumental yang menjadi dasar identitas dan perjanjian mereka. Perjalanan keluar dari Mesir bukanlah sekadar perpindahan geografis, melainkan manifestasi kuasa ilahi yang menyelamatkan dan membebaskan. Allah telah membimbing mereka melalui padang gurun, mengatasi berbagai rintangan, dan akhirnya membawa mereka ke tanah perjanjian.
Lebih lanjut, Yefta menekankan bahwa kemenangan yang diraih atas bani Amori juga merupakan anugerah dari Tuhan. Ia menegaskan bahwa bani Amori, yang sebelumnya menguasai wilayah yang sekarang dihuni oleh bangsa Israel, telah diserahkan sepenuhnya ke dalam tangan bangsa pilihan Allah. Kata-kata "telah diserahkan TUHAN, Allahmu, kepada kita untuk dibasmi" bukanlah ungkapan kesombongan manusia, melainkan pengakuan atas kedaulatan Allah dalam memberikan kemenangan. Yefta mengingatkan bani Efraim bahwa setiap kemenangan dan setiap penguasaan wilayah yang mereka nikmati adalah bukti nyata dari kesetiaan dan kekuatan Allah mereka.
Pertanyaan retoris Yefta, "Mengapa kamu tidak berbuat demikian?", ditujukan untuk menyadarkan bani Efraim akan keengganan mereka untuk berpartisipasi dalam tugas yang diberikan Allah. Ia menyiratkan bahwa jika bani Efraim benar-benar percaya dan setia kepada Tuhan yang sama, mereka seharusnya tidak hanya menuntut hak, tetapi juga mengambil bagian dalam tanggung jawab untuk menegakkan kehendak Allah di tanah perjanjian. Penolakan dan sikap arogan bani Efraim justru menunjukkan bahwa mereka mungkin lupa atau mengabaikan peran sentral Tuhan dalam keberadaan dan keberhasilan mereka. Ayat ini secara mendalam mengajak pembaca untuk selalu mengingat dan mengakui bahwa setiap pencapaian, setiap kemenangan, dan setiap berkat yang kita terima berasal dari campur tangan ilahi. Kita dipanggil untuk hidup dalam kesadaran akan kasih dan kuasa Tuhan yang tak terbatas, serta berpartisipasi aktif dalam pekerjaan-Nya di dunia ini. Kepercayaan pada Tuhan adalah fondasi utama yang memampukan kita menghadapi segala tantangan hidup.