"Sekarang, hai orang-orang Gad, orang-orang Amon, dan orang-orang Efraim, orang-orang Yerusalem, dan orang-orang Yehuda, lihatlah baik-baik antara aku dan kamu! TUHAN, Allahmu, akan menjadi hakim antara aku dan kamu."
Ayat yang tercantum dalam kitab Hakim-hakim 11:25 merupakan momen krusial dalam narasi tentang Yefta, salah seorang hakim Israel yang memimpin bangsanya di masa-masa penuh pergolakan. Di tengah ancaman invasi dari bani Amon, Yefta dipanggil untuk memimpin pertahanan. Namun, sebelum pertempuran dimulai, Yefta terlebih dahulu menghadapi tantangan dari suku-suku Israel sendiri, yaitu suku Efraim. Suku Efraim, yang merasa tidak dilibatkan dalam panggilan Yefta, datang dengan kemarahan dan menuntut pertanggungjawaban. Di sinilah ayat ini diucapkan oleh Yefta, sebuah pernyataan tegas yang mengingatkan mereka akan otoritas yang lebih tinggi.
Pernyataan Yefta ini bukan sekadar ucapan biasa, melainkan sebuah deklarasi iman dan pengakuan akan kedaulatan Tuhan. Ia tidak bersikeras membela dirinya sendiri atau mengklaim haknya secara pribadi. Sebaliknya, ia menyerahkan seluruh perkara, baik dengan musuh di luar maupun dengan saudara-saudaranya sendiri, kepada Tuhan sebagai Hakim yang adil. Hal ini menunjukkan kedalaman rohani dan kepercayaan Yefta bahwa hanya Tuhan yang berhak menjadi penentu kebenaran dan keadilan dalam setiap perselisihan.
Kisah Yefta, yang berpuncak pada kemenangan gemilang atas bani Amon, menjadi bukti nyata bahwa Tuhan tidak meninggalkan umat-Nya. Meskipun Yefta lahir dari latar belakang yang sulit dan seringkali diabaikan, Tuhan mengangkatnya untuk menjadi penyelamat. Pernyataannya di Hakim-hakim 11:25 adalah cerminan dari pengalamannya yang mendalam akan campur tangan ilahi. Ia tahu bahwa kekuatan untuk menang bukan berasal dari dirinya sendiri, melainkan dari Tuhan yang memberinya hikmat dan keberanian.
Dalam konteks yang lebih luas, ayat ini mengajarkan kita pentingnya menempatkan Tuhan di atas segala perkara. Ketika kita dihadapkan pada konflik, ketidakadilan, atau keraguan, baik dalam hubungan personal maupun dalam skala yang lebih besar, kita diingatkan untuk berserah kepada Tuhan. Yefta menunjukkan bahwa kedaulatan Tuhan adalah jaminan terakhir akan keadilan. Kisahnya terus menginspirasi, mengingatkan bahwa bahkan dalam situasi terburuk, iman kepada Tuhan yang Mahaadil dapat membawa kemenangan dan pemulihan. Kemenangan Yefta bukanlah sekadar kemenangan militer, tetapi sebuah penegasan kembali bahwa Israel berada di bawah pemerintahan dan perlindungan Tuhan yang setia.