Ayat Hakim-hakim 13:18 mengisahkan percakapan antara malaikat Tuhan dan ayah dari seorang yang akan menjadi hakim besar, yaitu Simson. Ketika malaikat itu menanyakan nama-Nya, malaikat menjawab dengan frasa yang penuh makna: "Mengapakah engkau bertanya tentang nama-Ku? Bukankah nama itu ajaib?"
Pertanyaan "Mengapakah engkau bertanya tentang nama-Ku?" bukanlah bentuk penolakan untuk memberi tahu identitasnya, melainkan sebuah penegasan bahwa keberadaan dan kuasa-Nya melampaui pemahaman nama manusia. Nama dalam konteks perjanjian lama sering kali mencerminkan esensi, karakter, dan kuasa seseorang. Dengan menyebut nama-Nya "ajaib", malaikat Tuhan sedang menyampaikan bahwa identitas-Nya begitu mulia, kudus, dan luar biasa, sehingga tidak dapat sepenuhnya diungkapkan oleh sebuah nama biasa.
Konsep "nama ajaib" ini berbicara tentang keilahian yang tak terduga, rencana yang melampaui akal manusia, dan kuasa yang sulit dibayangkan. Ia mengingatkan kita bahwa Tuhan sering kali bekerja dengan cara yang tidak kita prediksi, membawa solusi dari tempat yang tak terduga, dan menunjukkan kemuliaan-Nya dalam situasi yang paling tidak memungkinkan.
Dalam kehidupan kita yang penuh tantangan, ayat ini menawarkan perspektif yang menyegarkan. Ketika kita menghadapi kesulitan yang tampaknya tak terpecahkan, atau ketika kita merasa bingung akan jalan yang harus ditempuh, ingatlah bahwa nama Tuhan adalah ajaib. Ini berarti bahwa Dia memiliki cara-cara unik untuk bekerja dalam hidup kita, yang mungkin tidak selalu sesuai dengan logika atau harapan kita.
Keajaiban nama-Nya juga mengundang kita untuk memiliki iman yang lebih dalam. Alih-alih terpaku pada keterbatasan kita atau kesulitan yang ada, kita diajak untuk memusatkan pandangan pada kuasa-Nya yang tak terbatas. Seperti orang tua Simson yang diberi tugas luar biasa, kita pun dipanggil untuk mempercayai rencana ilahi yang sering kali terbungkus dalam keajaiban.
Memahami bahwa nama Tuhan adalah ajaib mendorong kita untuk senantiasa berserah dan bergantung pada-Nya. Ini bukan berarti kita tidak boleh bertanya atau mencari pemahaman, tetapi pertanyaan-pertanyaan itu seharusnya membawa kita lebih dekat kepada penyerahan diri, mengakui bahwa kebijaksanaan-Nya jauh melampaui kebijaksanaan kita. Dalam setiap situasi, terutama yang terasa ajaib dan tak terjelaskan, biarlah kita berseru kepada nama-Nya, mengakui kebesaran-Nya, dan menantikan karya-Nya yang tak terduga.
Ayat Hakim-hakim 13:18 menjadi pengingat abadi akan sifat Tuhan yang maha kuasa dan maha bijaksana. Ia hadir untuk memberkati, menuntun, dan mewujudkan kehendak-Nya dengan cara-cara yang sering kali membuat kita takjub. Keajaiban nama-Nya adalah sumber pengharapan dan kekuatan bagi mereka yang percaya, sebuah cahaya terang yang membimbing di tengah kegelapan.