"Adapun ibu Manoah itu mandul dan belum beranak." (Hakim-Hakim 13:2)
Kisah Hakim-Hakim pasal 13 menghadirkan sebuah narasi yang sarat makna, berpusat pada kehidupan pasangan suami istri, Manoah dan istrinya. Kisah ini dimulai dengan pengungkapan mendalam mengenai kondisi sang istri: ia mandul dan belum memiliki anak. Di tengah masyarakat kuno, kondisi mandul seringkali dianggap sebagai tanda ketidaksetujuan ilahi atau bahkan kutukan, yang membawa beban sosial dan emosional yang berat. Namun, justru di rahim yang dianggap "tidak berdaya" inilah, sebuah janji ilahi yang luar biasa akan terwujud.
Kondisi ini menjadi latar belakang yang sempurna bagi intervensi supranatural. Dalam ketidakmungkinan manusia, TUHAN memilih untuk bertindak. Kehidupan Manoah dan istrinya yang mungkin dipenuhi dengan kepedihan dan kerinduan akan seorang anak, tiba-tiba diterangi oleh sebuah kunjungan yang tak terduga. Seorang Malaikat TUHAN menampakkan diri kepada istri Manoah, membawa pesan yang akan mengubah nasib mereka dan bangsa Israel secara keseluruhan.
Penampakan Malaikat TUHAN bukanlah peristiwa biasa. Pesan yang disampaikan sangat spesifik dan memiliki implikasi penting. Malaikat itu menyatakan bahwa istri Manoah yang mandul akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki. Namun, bukan hanya sekadar kelahiran, ada serangkaian instruksi ketat yang harus diikuti sejak kehamilan hingga kehidupan anak tersebut. Anak ini ditakdirkan untuk menjadi Nazir Allah, sebuah status khusus yang menuntut gaya hidup yang sangat disiplin dan terpisah.
Instruksi tersebut mencakup larangan mengonsumsi anggur atau minuman keras lainnya, serta makanan haram lainnya. Selain itu, rambut anak tersebut tidak boleh dicukur, menandakan perjanjian kekal dan kekudusan yang dijanjikan. Malaikat TUHAN bahkan memberikan gambaran tentang peran masa depan anak tersebut: "ia akan mulai menyelamatkan orang Israel dari tangan orang Filistin." Ini adalah sebuah deklarasi misi yang monumental, sebuah tugas yang berat yang dibebankan pada seorang anak yang bahkan belum lahir.
Manoah, setelah mendengar kabar dari istrinya, merasa perlu untuk memastikan kebenaran pesan tersebut. Ia berdoa agar Malaikat TUHAN datang kembali, kali ini kepadanya, agar ia dapat menerima instruksi yang lebih jelas mengenai bagaimana seharusnya mendidik anak yang akan lahir. Doa Manoah dikabulkan. Malaikat TUHAN kembali menampakkan diri, mengulangi sebagian besar pesan kepada Manoah. Hal ini menegaskan keseriusan dan kebenaran nubuat tersebut.
Manoah kemudian menyadari bahwa ia telah melihat Malaikat TUHAN, sebuah pengalaman yang membuatnya takut. Namun, istrinya memberikan perspektif yang menenangkan, mengingatkannya bahwa jika TUHAN bermaksud membunuh mereka, Dia tidak akan menerima persembahan bakaran dan persembahan unjukan, atau memberitahukan hal-hal tersebut kepada mereka. Pengalaman ini menjadi fondasi penting bagi Manoah dan istrinya untuk mempersiapkan diri mereka, baik secara fisik maupun spiritual, dalam peran mereka sebagai orang tua dari seorang pahlawan yang dipilih Tuhan.
Kisah Hakim-Hakim 13 ini bukan hanya tentang kelahiran seorang tokoh besar bernama Samson, tetapi juga tentang bagaimana TUHAN bekerja melalui orang-orang yang tampaknya biasa, bahkan dalam keterbatasan dan tantangan hidup mereka. Ini adalah pengingat bahwa rencana-Nya seringkali dimulai dari tempat yang paling tidak terduga, dan bahwa kesetiaan serta ketaatan orang tua memainkan peran krusial dalam menggenapi takdir ilahi.