"Tetapi isterinya menjawab: "Kalau TUHAN hendak memusnahkan kita, tak mungkin Ia menerima korban bakaran dan persembahan dari tangan kita, dan tak mungkin Ia memperlihatkan hal-hal yang demikian serta memperdengarkan hal-hal yang sekarang ini kepada kita."
Kisah hakim, khususnya pasal 13 ayat 23, menawarkan perspektif yang mendalam tentang iman, pemahaman akan kehendak ilahi, dan respons terhadap tanda-tanda yang diberikan. Ayat ini muncul dalam konteks nubuat tentang kelahiran Simson, seorang hakim yang dipilih Tuhan untuk membebaskan bangsa Israel dari penindasan orang Filistin. Manuela, istri dari Manoah, orang tua Simson, mengucapkan kata-kata ini setelah menerima kunjungan dari malaikat Tuhan yang menubuatkan kelahiran putra mereka, serta memberikan instruksi spesifik mengenai nazir mereka.
Dalam percakapan sebelumnya, Manoah merasa cemas dan ketakutan setelah malaikat Tuhan muncul dan berbicara kepadanya. Ia merasa bahwa karena telah melihat malaikat Tuhan, mereka pasti akan mati. Ketakutan ini adalah respons yang umum ketika seseorang merasa telah berhadapan langsung dengan yang ilahi, membawa kesadaran akan ketidaklayakan dan kekudusan Tuhan. Namun, istri Manoah menunjukkan pemahaman yang berbeda dan lebih mendalam.
Ia merasionalisasi bahwa jika Tuhan berencana untuk membinasakan mereka, mustahil Dia akan mengizinkan mereka untuk mempersembahkan korban bakaran dan persembahan kepada-Nya. Lebih dari itu, dia menekankan bahwa Tuhan tidak mungkin akan memperlihatkan hal-hal yang luar biasa seperti yang baru saja mereka alami, termasuk nubuat tentang masa depan, dan memperdengarkan janji-janji-Nya. Ini adalah argumen yang didasarkan pada logika iman: tindakan Tuhan yang penuh kasih dan perjanjian-Nya tidak konsisten dengan niat untuk menghancurkan.
Ucapan istri Manoah ini menegaskan bahwa tindakan Tuhan, sekecil apa pun, adalah manifestasi dari rencana-Nya yang lebih besar, yang sering kali berujung pada keselamatan dan pemulihan. Dia melihat bahwa penerimaan korban persembahan, serta pemberian penglihatan dan perkataan ilahi, adalah tanda-tanda kemurahan dan persetujuan Tuhan, bukan pertanda kehancuran. Hal ini memberinya keyakinan bahwa meskipun ada tantangan dan penindasan dari bangsa Filistin, Tuhan tidak meninggalkan mereka dan justru sedang mempersiapkan jalan keluar.
Kisah ini mengajarkan kita pentingnya menafsirkan peristiwa kehidupan melalui lensa iman. Seringkali, dalam menghadapi kesulitan, kita cenderung melihatnya sebagai akhir dari segalanya. Namun, firman Tuhan dan pengalaman para hamba-Nya di masa lalu mengingatkan kita bahwa bahkan di tengah kegelapan, Tuhan dapat bekerja untuk mendatangkan terang. Tanda-tanda kemurahan Tuhan, seperti kesempatan untuk berdoa, belajar firman-Nya, dan merasakan hadirat-Nya, adalah bukti bahwa Dia masih bersama kita dan memiliki rencana yang baik.
Pemahaman yang dimiliki oleh istri Manoah adalah kunci untuk menghadapi ketakutan dan ketidakpastian. Ia tidak hanya melihat kesulitan eksternal (penindasan Filistin) tetapi juga mengenali intervensi ilahi yang menjanjikan harapan. Hakim 13:23 mengingatkan kita untuk selalu mencari makna rohani dalam setiap keadaan, mempercayai bahwa Tuhan yang berdaulat juga adalah Tuhan yang penuh kasih, yang selalu bekerja untuk kebaikan umat-Nya, bahkan melalui proses yang terkadang sulit dipahami.