"Maka kata Lewi itu, 'Janganlah kiranya tuan singgah di sini; marilah kita terus berjalan sampai ke Gibea, supaya kita bermalam di sana, atau di Rama.'"
Ayat Hakim 19:10 membawa kita pada momen krusial dalam narasi tragis tentang seorang Lewi dan gundiknya. Dalam kegelapan senja yang semakin pekat, keputusan untuk melanjutkan perjalanan atau mencari tempat bermalam menjadi titik tolak yang menentukan. Sang Lewi, dalam upayanya mencari tempat yang aman, mengajukan dua opsi: melanjutkan ke Gibea, atau mencari peristirahatan di Rama. Pilihan ini, meskipun tampak sederhana, menyimpan makna yang lebih dalam terkait dengan konsep keamanan, keadilan, dan tempat perlindungan.
Konteks sejarah dalam Kitab Hakim menggambarkan periode ketika "setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri." Ketiadaan otoritas yang kuat dan merajalelanya kejahatan menciptakan lingkungan yang tidak pasti dan seringkali berbahaya. Dalam keadaan seperti ini, keputusan untuk memilih tempat bermalam bukan sekadar soal kenyamanan, melainkan juga tentang pertaruhan keselamatan. Sang Lewi, yang mungkin memiliki pengalaman pahit sebelumnya, sangat berhati-hati dalam memilih tempat yang dirasa lebih aman.
Pesan yang dapat kita petik dari ayat ini melampaui cerita spesifiknya. Ini adalah pengingat tentang pentingnya kebijaksanaan dalam membuat keputusan, terutama ketika kita menghadapi ketidakpastian. Keputusan yang dibuat dengan pertimbangan yang matang dapat menghindarkan kita dari bahaya dan membawa pada hasil yang lebih baik. Sebaliknya, keputusan yang gegabah atau diambil tanpa pertimbangan dapat berujung pada konsekuensi yang merusak, seperti yang sayangnya dialami oleh sang Lewi dan gundiknya akibat keputusan akhir mereka yang menuntun mereka ke Gibea.
Lebih jauh lagi, ayat ini juga bisa diinterpretasikan sebagai analogi tentang pencarian kita akan tempat perlindungan sejati. Di dunia yang penuh dengan ketidakadilan dan kekacauan, kita semua mendambakan rasa aman dan keadilan. Ayat-ayat Kitab Suci lainnya mengajarkan bahwa perlindungan dan keadilan sejati hanya dapat ditemukan dalam Tuhan. Seperti sang Lewi yang mencari tempat perlindungan fisik, kita juga dipanggil untuk mencari perlindungan rohani dalam iman dan ketaatan kepada firman-Nya.
Keadilan, sebagaimana digambarkan dalam kitab Hakim, seringkali menjadi isu yang kompleks. Namun, Tuhan selalu memiliki rencana yang adil, meskipun prosesnya terkadang sulit untuk dipahami. Ayat Hakim 19:10 mengingatkan kita bahwa dalam setiap perjalanan hidup, kita harus senantiasa berdoa memohon hikmat dan petunjuk untuk membuat pilihan-pilihan yang membawa kita lebih dekat pada kebenaran dan keadilan, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Memilih "Gibea" atau "Rama" dalam konteks rohani berarti memilih jalan yang lebih dekat kepada Tuhan, yang senantiasa menjadi tempat perlindungan yang paling aman dan adil bagi umat-Nya.