Yeremia 26:2

Beginilah firman TUHAN: "Berdirilah di pelataran rumah TUHAN dan sampaikanlah kepada seluruh penduduk kota Yehuda yang datang untuk sujud menyembah di rumah TUHAN, segala firman yang Kuperintahkan untuk kau sampaikan kepada mereka; janganlah kautinggalkan sepatah kata pun.

Ayat Yeremia 26:2 adalah perintah ilahi yang sangat krusial bagi nabi Yeremia. Ayat ini bukan sekadar pengulangan tugas, melainkan penegasan pentingnya penyampaian pesan Tuhan tanpa ragu, tanpa mengurangi, dan tanpa menambah sedikit pun. Di sinilah terletak kekuatan dan tantangan terbesar seorang nabi. Tugas yang diemban Yeremia sangatlah berat, karena pesan yang harus disampaikannya seringkali merupakan teguran keras dan peringatan akan penghukuman yang akan datang bagi umat Israel yang telah menyimpang dari jalan Tuhan.

Kata-kata "janganlah kautinggalkan sepatah kata pun" menekankan keutuhan pesan yang harus disampaikan. Ini bukan tentang memilih kata-kata yang menyenangkan atau menghindari topik yang sensitif. Sebaliknya, ini adalah seruan untuk ketidakkompromian dalam menyampaikan wahyu Tuhan. Dalam konteks Yeremia, pesan-pesan tersebut seringkali berkaitan dengan penyembahan berhala, ketidakadilan sosial, dan penolakan untuk mendengarkan suara Tuhan. Tuntutan ini menempatkan Yeremia pada posisi yang rentan, karena ia tahu bahwa pesannya akan menimbulkan kemarahan dan penolakan dari para pemimpin agama dan rakyat pada umumnya.

Perintah untuk berdiri di "pelataran rumah TUHAN" menunjukkan bahwa pesan ini harus disampaikan di tempat yang sakral, di hadapan rumah ibadah, di mana seharusnya umat Tuhan berkumpul untuk beribadah dan mendengarkan firman-Nya. Ini memberikan bobot tambahan pada penyampaian pesan tersebut. Yeremia diharapkan berbicara di hadapan publik, di tempat yang paling seharusnya menjadi pusat ketaatan spiritual, untuk menguji apakah mereka benar-benar mendengarkan Tuhan atau hanya mengikuti tradisi kosong.

Ketaatan Yeremia pada perintah ini tidak selalu mudah. Sejarah mencatat banyak kesulitan yang dihadapi Yeremia, termasuk penangkapan dan penganiayaan. Namun, ia terus menyampaikan pesan Tuhan karena ia mengerti bahwa kejujuran ilahi lebih penting daripada kenyamanan pribadi atau penerimaan dari manusia. Pesan yang disampaikannya adalah bentuk kasih Tuhan yang ingin memberikan kesempatan terakhir bagi umat-Nya untuk bertobat. Dengan menyampaikan peringatan, Tuhan memberikan kesempatan untuk perubahan, sebuah jalan keluar dari kehancuran yang akan datang.

Relevansi Yeremia 26:2 masih terasa kuat hingga kini. Bagi setiap pengkhotbah, guru, atau siapa pun yang dipercaya untuk menyampaikan ajaran Tuhan, ayat ini menjadi pengingat yang tegas. Kita dipanggil untuk menyampaikan kebenaran Firman Tuhan secara utuh, dengan keberanian, integritas, dan tanpa rasa takut. Kita tidak boleh mengabaikan bagian-bagian yang sulit atau tidak populer demi menjaga kedamaian atau menghindari konflik. Sebaliknya, kita harus percaya bahwa Tuhan sendiri akan bekerja melalui Firman-Nya yang disampaikan dengan setia, membimbing hati orang untuk bertobat dan mencari kebenaran sejati. Ini adalah amanat suci yang menuntut kesetiaan tanpa kompromi.