Hakim-Hakim 19:14

"Lalu mereka itu berlalu dari pada dia dan pulang. Tetapi orang Lewi itu tidak mau melanjutkan perjalanannya, melainkan diajaknya kembali pengiring-pengiringnya ke Betlehem di Yehuda."

Inti Kemanusiaan di Tengah Kegelapan

Ayat ke-14 dari pasal 19 dalam Kitab Hakim-Hakim menceritakan sebuah momen singkat namun penuh makna. Dalam konteks cerita yang akan berkembang menjadi tragedi mengerikan, ayat ini justru menampilkan percikan kebaikan dan kemanusiaan yang patut direnungkan. Peristiwa ini terjadi di sebuah kota yang bukan tempat asal orang Lewi tersebut, di mana dia dan gundiknya mencari tempat bermalam. Setelah ditolak oleh orang di Betlehem di Yehuda untuk beristirahat, mereka kemudian melanjutkan perjalanan menuju Gibea.

Namun, ayat ini mengungkapkan sebuah keputusan yang berakar pada naluri dasar manusia: keinginan untuk kembali ke tempat yang dikenal dan dianggap aman, atau setidaknya tempat yang memiliki kaitan. Orang Lewi tersebut, walau ditolak, tidak serta merta menganggap perjalanannya usai. Ia memutuskan untuk tidak melanjutkan ke tempat asing, melainkan mengajak kembali orang-orang yang menemaninya. Pilihan ini menggarisbawahi sebuah prinsip fundamental, yaitu dorongan untuk mencari kenyamanan dan kepastian di tengah ketidakpastian dan penolakan. Ini adalah refleksi dari keinginan manusia untuk tidak berada di tempat yang tidak ramah atau berpotensi berbahaya.

Momen ini, meski kecil dalam narasi besar, menyiratkan sebuah perjuangan. Perjuangan untuk mendapatkan perlindungan, rasa aman, dan penerimaan. Keputusan untuk kembali ke Betlehem di Yehuda, meskipun baru saja ditolak, menunjukkan bahwa ada pertimbangan penting di balik langkah tersebut. Mungkin ada harapan bahwa di sana mereka bisa menemukan bantuan, atau mungkin hanya sekadar menunda nasib buruk dengan kembali ke wilayah yang lebih dikenalnya. Ini adalah sebuah gambaran tentang bagaimana orang-orang di masa lampau, seperti kita sekarang, bergulat dengan pilihan-pilihan sulit ketika dihadapkan pada situasi yang tidak menguntungkan.

Keadilan

Simbol kesatuan dan kekuatan dalam refleksi keadilan.

Kisah ini, yang mencakup pemilihan tempat perlindungan, beresonansi dengan pengalaman banyak orang yang pernah mencari dukungan atau tempat berlindung. Penolakan bukanlah akhir dari segalanya; terkadang, itu adalah awal dari pencarian yang lebih gigih atau penyesuaian strategi. Keputusan orang Lewi untuk kembali, walaupun sesaat, menampilkan sisi kemanusiaan yang berusaha menemukan kembali pijakan. Kisah yang mengikuti ayat ini sangat tragis, namun melihat kembali pada momen-momen kecil seperti ini, kita dapat menemukan benang merah kemanusiaan yang berusaha bertahan di tengah situasi yang semakin memburuk. Ayat Hakim-Hakim 19:14 bukan sekadar penanda geografis atau kronologis, melainkan sebuah cerminan dari upaya manusia untuk menemukan jalan keluar atau setidaknya tempat yang lebih baik, bahkan ketika pintu-pintu tampaknya tertutup.

Dalam konteks yang lebih luas, ayat ini mengingatkan kita bahwa setiap cerita, betapapun gelapnya, sering kali memiliki fragmen-fragmen yang menunjukkan sisi kemanusiaan yang tersisa. Keputusan untuk kembali ke Betlehem di Yehuda ini menunjukkan keteguhan dan keinginan untuk mencari solusi, bahkan jika solusi itu belum tentu terjamin. Ini adalah bukti bahwa di dalam setiap individu, terlepas dari latar belakang atau situasi mereka, terdapat dorongan untuk mencari keamanan, kenyamanan, dan rasa memiliki, sebuah aspek yang relevan hingga kini, dalam kehidupan modern kita.