Hakim-Hakim 19:8

"Dan orang itu bangun, dan bangkit berdiri, dan makan serta minum, dia dan hambanya. Lalu berkatalah tuannya kepadanya: "Mari kita segera berjalan, jangan sampai matahari terbenam."

Refleksi Kebijaksanaan dalam Perjalanan

Kisah dalam Kitab Hakim seringkali dipenuhi dengan peristiwa-peristiwa dramatis dan pelajaran moral yang mendalam. Ayat 19:8 dari Kitab Hakim, meskipun terdengar sederhana, mengandung inti dari sebuah momen krusial yang penuh dengan refleksi. Narasi ini mengisahkan tentang seorang Lewi dan gundiknya yang sedang dalam perjalanan panjang, dan pada penghujung hari, sang tuan bangkit dari jamuan untuk mempersiapkan diri melanjutkan perjalanan sebelum kegelapan menyelimuti.

Perkataan sang tuan, "Mari kita segera berjalan, jangan sampai matahari terbenam," bukan sekadar ungkapan keinginan untuk bergegas. Ini adalah manifestasi dari sebuah kebijaksanaan praktis dan antisipasi yang matang. Dalam konteks zaman itu, perjalanan di malam hari penuh dengan risiko yang tidak terduga. Kehilangan arah, serangan hewan buas, atau bahkan bahaya dari manusia adalah ancaman nyata. Oleh karena itu, keputusan untuk bergerak segera setelah beristirahat adalah langkah cerdas untuk memastikan keselamatan.

Ayat ini mengajarkan kita tentang pentingnya perencanaan dan ketegasan dalam mengambil keputusan. Dalam kehidupan kita sehari-hari, seringkali kita dihadapkan pada pilihan untuk menunda atau segera bertindak. Ada kalanya, kenyamanan sesaat atau keengganan untuk bergerak dapat membawa kita pada kerugian yang lebih besar di kemudian hari. Refleksi dari ayat ini mendorong kita untuk tidak hanya beristirahat dan memulihkan tenaga, tetapi juga untuk memiliki visi ke depan dan kesiapan untuk melangkah saat kesempatan terbuka, sebelum terlewat.

Ilustrasi perjalanan menjelang senja.

Dalam budaya kekinian yang serba cepat, pemahaman akan "waktu yang tepat" menjadi semakin penting. Menunda pekerjaan penting hingga detik-detik terakhir seringkali menimbulkan stres dan mengurangi kualitas hasil. Sebaliknya, kemampuan untuk mengidentifikasi momen yang tepat untuk bertindak, sebagaimana dicontohkan oleh tuan Lewi dalam ayat ini, membawa ketenangan dan efisiensi. Ini adalah pengingat bahwa meskipun kita perlu beristirahat dan menikmati momen, kita juga harus tetap waspada terhadap panggilan tugas dan tujuan kita.

Kisah ini juga dapat dilihat sebagai sebuah pelajaran tentang tanggung jawab. Sang tuan mengambil kendali atas situasi, memastikan bahwa ia dan hambanya tidak terjebak dalam kondisi yang tidak aman. Ini adalah panggilan bagi kita untuk menjadi proaktif dalam kehidupan kita, mengambil tanggung jawab atas keputusan dan tindakan kita, dan berusaha untuk melindungi diri sendiri serta orang-orang yang bersama kita dari potensi bahaya atau kerugian.

Jadi, ketika kita merenungkan Hakim-Hakim 19:8, mari kita tarik pelajaran tentang kebijaksanaan praktis, pentingnya antisipasi, dan ketegasan dalam bertindak. Semoga kita dapat menerapkan prinsip-prinsip ini dalam kehidupan kita, berjalan dengan bijak dan sigap, menghadapi setiap perjalanan dengan persiapan yang matang.