"Ketika suku-suku Israel bangkit, yaitu bani Israel, maju berperang melawan bani Benyamin, berkatalah mereka kepada TUHAN: 'Siapakah di antara kami yang harus memimpin perang melawan bani Benyamin?'"
Kisah yang tercatat dalam Kitab Hakim, khususnya pada pasal 20 ayat 19, menghadirkan momen krusial dalam sejarah bangsa Israel. Ayat ini menjadi titik awal dari sebuah konflik saudara yang tragis, namun sekaligus menegaskan pentingnya keadilan dan penegakan hukum di tengah masyarakat. Pertanyaan yang diajukan oleh suku-suku Israel kepada Tuhan, "Siapakah di antara kami yang harus memimpin perang melawan bani Benyamin?", menunjukkan pengakuan mereka akan otoritas ilahi dan kebutuhan akan petunjuk dari Yang Maha Kuasa sebelum mengambil tindakan drastis.
Peristiwa ini berakar dari kekejaman yang luar biasa yang dilakukan oleh segelintir orang Benyamin terhadap seorang perempuan Lewi. Tindakan brutal tersebut memicu kemarahan seluruh suku Israel lainnya, yang melihatnya sebagai aib besar bagi bangsa mereka. Keputusan untuk menindak bani Benyamin bukanlah tindakan gegabah, melainkan hasil dari konsensus dan upaya untuk memulihkan keadilan serta mencegah kekacauan lebih lanjut. Penting untuk dicatat bahwa yang menjadi target bukanlah seluruh suku Benyamin, melainkan mereka yang terlibat dalam kejahatan tersebut, serta masyarakat yang lalai menegakkan hukum.
Dalam konteks hakim hakim 20 19, kita melihat bahwa meskipun keadilan seringkali beriringan dengan perdamaian, terkadang diperlukan tindakan tegas untuk mencapai kondisi tersebut. Pertanyaan kepada Tuhan bukan hanya tentang siapa yang akan memimpin secara militer, tetapi juga tentang kebenaran moral dan kehendak ilahi di balik peperangan tersebut. Hal ini mengingatkan kita bahwa setiap keputusan, terutama yang berdampak besar, harus didasarkan pada pertimbangan yang matang dan prinsip-prinsip kebenaran.
Kisah ini juga menyoroti bahaya dari kepasifan dan keengganan untuk bertindak ketika kejahatan terjadi. Suku Benyamin, sebagai sebuah komunitas, pada akhirnya harus bertanggung jawab atas perbuatan segelintir anggotanya, terutama karena mereka tampaknya tidak cukup berupaya untuk menindak pelaku. Hal ini mengajarkan kita tentang pentingnya peran kolektif dalam menjaga ketertiban dan keadilan di masyarakat. Ketika kejahatan dibiarkan merajalela tanpa sanksi yang setimpal, bukan hanya korban yang dirugikan, tetapi fondasi moral sebuah bangsa akan terkikis.
Meskipun peperangan itu sendiri berujung pada kesedihan dan kerugian yang besar bagi kedua belah pihak, termasuk hampir punahnya suku Benyamin, ada pelajaran berharga yang bisa dipetik. Pelajaran tersebut adalah tentang konsekuensi dari kejahatan yang tidak dihukum dan tentang bagaimana Tuhan bertindak untuk menegakkan keadilan, bahkan melalui cara-cara yang menyakitkan. Perjuangan untuk keadilan seringkali membutuhkan pengorbanan, namun ia adalah harga yang harus dibayar demi terwujudnya tatanan yang benar. Ayat hakim hakim 20 19 mengingatkan kita akan peran krusial dari kearifan ilahi dalam setiap langkah penegakan hukum dan keadilan.