"Maka berkatalah Daud kepada Abisai: "Janganlah membunuh dia, sebab siapa yang berani mengulurkan tangan kepada orang yang diurapi TUHAN dan bebas dari kesalahan?"
Ayat Hakim 20:34, yang mengutip perkataan Daud kepada Abisai, merupakan sebuah pengingat yang kuat tentang pentingnya kesabaran dan ketekunan, terutama ketika kita dihadapkan pada situasi yang penuh dengan godaan untuk bertindak gegabah atau membalas dendam. Dalam konteks kitab Hakim, ayat ini muncul pada saat yang krusial, di mana bangsa Israel tengah menghadapi perang saudara yang menghancurkan akibat kejahatan yang dilakukan oleh suku Benyamin. Peristiwa ini menunjukkan betapa mudahnya emosi dan keinginan untuk menghukum bisa menguasai seseorang, bahkan dalam situasi yang membutuhkan kebijaksanaan ilahi.
Daud, meskipun memiliki kekuatan dan kesempatan untuk membunuh lawannya, memilih untuk menahan diri. Keputusannya bukan didasarkan pada rasa takut, melainkan pada pemahaman mendalam tentang kekudusan dan otoritas yang Tuhan berikan kepada orang-orang yang telah Ia pilih. Frasa "orang yang diurapi TUHAN" merujuk pada seseorang yang telah ditetapkan oleh Tuhan untuk tujuan tertentu, dan mencelakakan mereka sama saja dengan menentang kehendak ilahi. Di sini, Daud menunjukkan ketekunan dalam menerapkan prinsip keadilan yang sesuai dengan standar Tuhan, bukan sekadar reaksi emosional sesaat.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita seringkali dihadapkan pada situasi yang menuntut kesabaran dan ketekunan serupa. Mungkin itu adalah konflik di tempat kerja, perselisihan dalam keluarga, atau bahkan perjuangan pribadi melawan kebiasaan buruk. Tuntutan untuk segera menyelesaikan masalah, menyingkirkan penghalang, atau membalas perlakuan buruk bisa sangat kuat. Namun, seperti yang diajarkan oleh Daud, kesabaran bukan berarti pasif, melainkan aktif mengendalikan diri dan menunggu waktu serta cara yang tepat sesuai dengan prinsip-prinsip kebaikan dan kebenaran.
Ketekunan, di sisi lain, adalah kemampuan untuk terus maju meskipun menghadapi kesulitan. Ini melibatkan keyakinan bahwa hasil yang baik akan datang bagi mereka yang setia dan tidak menyerah. Dalam konteks spiritual, ketekunan seringkali diartikan sebagai kesetiaan kepada Tuhan dan ajaran-Nya, bahkan ketika dunia di sekitar kita menawarkan jalan yang lebih mudah namun menyesatkan. Ayat Hakim 20:34 menggarisbawahi bahwa tindakan yang bijaksana, yang lahir dari kesabaran dan ketekunan, seringkali lebih mulia dan membawa berkat jangka panjang dibandingkan dengan tindakan gegabah yang didorong oleh kemarahan atau keinginan sesaat.
Lebih jauh lagi, ayat ini juga mengajarkan tentang pentingnya melihat gambaran yang lebih besar. Daud memahami bahwa ada otoritas yang lebih tinggi yang harus dihormati. Ini berarti kita perlu melampaui ego pribadi dan mempertimbangkan dampak tindakan kita terhadap tatanan yang lebih luas, baik itu komunitas, keluarga, atau hubungan dengan Sang Pencipta. Kesabaran dan ketekunan adalah alat yang memungkinkan kita untuk berpikir jernih dan mengambil keputusan yang selaras dengan prinsip-prinsip yang lebih mulia, bukan sekadar berespons terhadap situasi permukaan.
Oleh karena itu, mari kita renungkan ajaran dari Hakim 20:34 ini dalam setiap aspek kehidupan kita. Dalam menghadapi tantangan, ingatlah kekuatan kesabaran dan ketekunan. Biarkan kebijaksanaan ilahi membimbing setiap langkah kita, agar kita dapat bertindak dengan hormat terhadap otoritas yang lebih tinggi dan pada akhirnya mencapai hasil yang baik dan berkenan di hadapan-Nya.