Hakim 21:17

"Dan mereka berkata, ‘Tetapi ada orang-orang yang harus dibunuh dari antara bani Israel. Janganlah kamu memusnahkan suatu suku dari Israel, sebab itu tidak boleh terjadi.’"

Simbol Keadilan

Ayat Hakim 21:17 ini muncul dalam konteks yang sangat krusial dan seringkali mengundang pertanyaan di dalam Kitab Hakim. Peristiwa ini terjadi di akhir dari sebuah rangkaian kisah yang penuh dengan kebejatan moral dan kekacauan di antara bangsa Israel. Konteksnya sendiri merupakan sebuah tragedi yang berasal dari kesalahan strategi perang yang dibuat oleh suku Benyamin dan kebencian yang membabi buta dari suku-suku Israel lainnya.

Setelah suku Benyamin hampir punah akibat perang saudara melawan seluruh suku Israel lainnya, timbul kekhawatiran yang mendalam di antara para pemimpin. Mereka tidak ingin melihat salah satu dari dua belas suku Israel menghilang sepenuhnya dari peta sejarah. Ketakutan akan hilangnya warisan leluhur dan perpecahan yang lebih parah mendorong mereka untuk mencari solusi.

Dalam keputusasaan, para pemimpin dari suku-suku tersebut merencanakan sebuah strategi yang tragis untuk memastikan kelangsungan hidup suku Benyamin, meskipun itu berarti mengorbankan kehidupan wanita dari suku lain. Mereka memutuskan untuk melakukan penyerbuan terhadap kota Yabes-Gilead, yang tidak ikut serta dalam perang melawan Benyamin, dan mengambil para wanita di sana sebagai istri bagi para pria Benyamin yang masih hidup. Namun, ketika wanita-wanita Yabes-Gilead habis, mereka masih kekurangan wanita untuk dinikahi.

Di sinilah kemudian muncul pernyataan yang tercatat dalam Hakim 21:17, "Dan mereka berkata, ‘Tetapi ada orang-orang yang harus dibunuh dari antara bani Israel. Janganlah kamu memusnahkan suatu suku dari Israel, sebab itu tidak boleh terjadi.’" Pernyataan ini mencerminkan dilema moral yang dihadapi oleh para pemimpin. Mereka menyadari bahwa tindakan mereka sebelumnya, meskipun bertujuan untuk menyelamatkan suku Benyamin, telah menimbulkan kekacauan dan pelanggaran terhadap prinsip-prinsip keadilan yang seharusnya dijunjung tinggi.

Ayat ini memberikan sebuah perspektif yang penting tentang bagaimana pentingnya menjaga keutuhan seluruh umat, bahkan di tengah kondisi yang paling sulit. Para hakim di sini, meskipun telah membuat kesalahan, menunjukkan kesadaran akan konsekuensi yang mengerikan dari kepunahan suatu suku. Mereka menolak gagasan untuk secara sengaja memusnahkan sebuah kelompok bangsa yang merupakan bagian dari perjanjian ilahi mereka.

Lebih dari sekadar narasi sejarah, Hakim 21:17 mengajarkan tentang keseimbangan yang sulit namun penting antara keadilan dan belas kasihan, antara mempertahankan prinsip dan menjaga kelangsungan hidup. Ayat ini mengingatkan kita bahwa setiap individu dan setiap kelompok memiliki nilai, dan pemusnahan adalah tindakan yang mengerikan. Dalam setiap situasi, ada kebutuhan untuk mencari solusi yang tidak meninggalkan kehancuran total, melainkan berusaha untuk memulihkan dan membangun kembali, meskipun seringkali melalui jalan yang tidak mudah dan penuh pengorbanan.

Pelajaran dari Hakim 21:17 ini, meskipun lahir dari era yang sangat berbeda, tetap relevan hingga kini. Ia mendorong kita untuk berpikir kritis tentang bagaimana kita menangani konflik, bagaimana kita merespons kesalahan, dan bagaimana kita memastikan bahwa dalam upaya kita untuk menegakkan keadilan atau memulihkan keadaan, kita tidak justru menimbulkan kerugian yang tidak dapat diperbaiki. Pentingnya menjaga keutuhan sebuah komunitas, sebuah bangsa, bahkan sebuah suku, menjadi penekanan utama dalam ayat yang singkat namun penuh makna ini.