"Maka bertanya-tanyalah orang-orang kota itu: "Siapakah Yeud yang membunuh Yerubal? Biarlah ia mati, karena ia telah merobohkan mezbah Baal dan menebang tiang berhala yang di dekatnya."
Ayat Hakim-hakim 6:29 mencatat reaksi orang-orang kota terhadap tindakan berani Gideion. Dalam masa penjajahan Midian, bangsa Israel hidup dalam ketakutan dan kemiskinan. Mereka terpaksa bersembunyi di gua-gua dan menghindari tanah subur mereka. Di tengah keputusasaan ini, Allah memanggil Gideion, seorang pemuda yang paling tidak mungkin, untuk menjadi penyelamat mereka.
Sebelum Gideion berperang, Allah memberinya serangkaian ujian untuk membangun imannya dan membuktikan kebenaran-Nya. Salah satu ujian paling dramatis adalah perintah untuk merobohkan mezbah Baal milik ayahnya sendiri dan menebang tiang berhala yang disembah oleh bangsanya. Ini adalah tindakan yang sangat berisiko, menentang tradisi dan otoritas ayah serta masyarakatnya. Tindakan ini menunjukkan kesetiaan mutlak Gideion kepada Allah.
Ketika penduduk kota menyadari siapa yang melakukan tindakan penghancuran terhadap simbol penyembahan berhala, reaksi pertama mereka adalah kemarahan dan ancaman. Mereka menyerukan agar Gideion dihukum mati. Frasa "Siapakah Yeud yang membunuh Yerubal?" menunjukkan kebingungan awal mereka, diikuti oleh pemahaman dan kemarahan kolektif. Nama "Yerubal" sendiri berarti "biarlah Baal membela diri," sebuah ironi pedih mengingat mezbahnya telah dihancurkan.
Reaksi ini menyoroti betapa dalamnya perpecahan yang ada. Di satu sisi, ada Gideion yang mulai mendengar suara Allah dan bertindak sesuai kehendak-Nya. Di sisi lain, ada mayoritas masyarakat yang masih terikat pada tradisi penyembahan berhala, bahkan di bawah tekanan penjajah asing. Ketakutan dan kenyamanan dalam status quo seringkali lebih kuat daripada panggilan untuk kembali kepada Allah yang sejati.
Ayat ini bukan hanya tentang tindakan Gideion, tetapi juga tentang pentingnya kepercayaan dan keberanian dalam menghadapi penolakan. Gideion harus percaya pada panggilan Allah lebih daripada pada opini masyarakat atau ancaman hukuman. Tindakannya ini menjadi awal dari serangkaian peristiwa yang akan membebaskan Israel dari penindasan Midian.
Kisah ini mengajarkan kita bahwa ketika kita memilih untuk setia kepada Allah, kita mungkin akan menghadapi tantangan, bahkan dari orang-orang terdekat kita. Ujian kepercayaan seringkali datang dalam bentuk penolakan, kritik, atau ketidakpahaman. Namun, seperti Gideion, kita dipanggil untuk mempercayai pimpinan Allah, bahkan ketika jalan di depan tampak sulit dan tidak populer. Keberanian untuk bertindak sesuai keyakinan, didukung oleh iman kepada Allah, dapat membawa perubahan yang luar biasa, bukan hanya bagi diri sendiri tetapi juga bagi orang lain di sekitar kita.