Kisah Gideon dalam Kitab Hakim-Hakim adalah salah satu narasi paling kuat tentang bagaimana iman dapat tumbuh dan beraksi bahkan di tengah situasi yang paling menakutkan sekalipun. Ayat Hakim-Hakim 6:30, meskipun terkesan brutal, sebenarnya menyoroti titik balik krusial dalam perjalanan Gideon dan bagaimana masyarakatnya mulai berhadapan dengan ketakutan mereka. Pada masa itu, bangsa Israel berada di bawah penindasan kaum Midian selama tujuh tahun. Mereka hidup dalam ketakutan, bersembunyi di gua-gua dan benteng-benteng, serta kehilangan keberanian untuk menegakkan kebenaran. Kekuatan spiritual mereka telah terkikis oleh keputusasaan dan penyerahan diri.
Dalam konteks ini, tindakan Gideon yang diperintahkan dalam ayat ini – yaitu, meminta masyarakat untuk membunuh ayahnya sendiri dengan batu jika ia terbukti menggali mezbah Baal – adalah sebuah demonstrasi keberanian yang luar biasa. Mezbah Baal adalah simbol penyembahan berhala yang telah meracuni kehidupan spiritual Israel, menyebabkan mereka kehilangan perkenanan Tuhan. Keberanian Gideon untuk menghancurkan mezbah Baal di malam hari, bahkan tanpa sepengetahuan umum, menunjukkan ketakutan yang ia rasakan namun juga tekadnya yang kuat untuk kembali kepada Tuhan. Perintahnya untuk menghukum siapa pun yang membela penyembahan berhala ini, bahkan jika itu adalah anggota keluarganya sendiri, adalah sebuah pernyataan radikal tentang komitmennya terhadap ketaatan ilahi.
Ayat ini mengajarkan kita bahwa iman yang sejati sering kali menuntut tindakan yang berani, bahkan ketika tindakan itu menakutkan atau tidak populer. Ketakutan adalah emosi alami, tetapi iman yang teguh mampu mengatasinya. Gideon, meskipun awalnya ragu-ragu dan merasa dirinya tidak layak, mulai bertindak dengan keyakinan yang semakin besar ketika ia mempercayai panggilan Tuhan. Tindakan ini bukan tentang kekejaman, melainkan tentang penghukuman yang tegas terhadap apa yang telah memisahkan bangsa itu dari sumber kekuatan dan perlindungan mereka. Ia berani menantang status quo yang nyaman namun menyesatkan.
Lebih dari sekadar kisah kuno, Hakim-Hakim 6:30 memberikan pelajaran relevan bagi kehidupan kita saat ini. Kita semua mungkin menghadapi "mezbah-mezbah Baal" dalam bentuk godaan, kebiasaan buruk, atau pemikiran yang menjauhkan kita dari prinsip-prinsip ilahi. Pertanyaannya adalah, seberapa berani kita untuk menghadapinya? Apakah kita memiliki keberanian untuk membuang hal-hal yang merusak kehidupan spiritual kita, bahkan jika itu berarti mengambil keputusan yang sulit atau menghadapi penolakan dari lingkungan sekitar? Seperti Gideon, kita dipanggil untuk menunjukkan iman yang aktif, bukan hanya dalam perkataan, tetapi juga dalam tindakan nyata, demi kebenaran dan integritas hidup kita.
Simbol iman yang kuat dan berakar.