"Sebab sekalipun mereka telah membuat tempat-tempat pengintaian untuk diri mereka, dan patung-patung berhala serta tiang-tiang berhala mereka, bahkan sekalipun mereka menanam benih, sesudah itu mereka akan memakannya."
Ayat Hakim-Hakim 6:4 dari Alkitab mencatat sebuah situasi yang sangat memprihatinkan bagi bangsa Israel. Di bawah kekuasaan bangsa Midian yang menindas, mereka dipaksa untuk mencari perlindungan yang ekstrem. Untuk menghindari perampokan dan perampasan hasil panen mereka, bangsa Israel terpaksa membangun tempat-tempat persembunyian dan gua-gua di pegunungan. Tindakan ini bukan hanya upaya untuk menyelamatkan diri, tetapi juga menjadi saksi bisu dari ketakutan dan ketidakamanan yang merajalela di negeri itu.
Lebih lanjut, ayat ini menyoroti praktik keagamaan yang menyimpang. Di tengah kesulitan hidup yang disebabkan oleh penjajahan, bangsa Israel justru beralih kepada penyembahan berhala. Mereka membuat patung-patung dan tiang-tiang berhala, yang secara jelas melanggar perintah Tuhan. Hal ini menunjukkan betapa jauhnya mereka menyimpang dari jalan Tuhan, mencari pertolongan dari sumber yang salah, bukan kepada Sang Pencipta yang telah mengangkat mereka dari Mesir. Keadaan ini sangat kontras dengan janji Tuhan dalam Keluaran 15:26, di mana Ia berfirman, "Jika engkau sungguh-sungguh mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan apa yang benar di mata-Nya, dan memasang telinga pada perintah-perintah-Nya dan tetap mengikuti segala ketetapan-Nya, maka Aku tidak akan mendatangkan kepadamu penyakit mana pun, yang telah didatangkan-Nya kepada orang Mesir, sebab Akulah TUHAN yang menyembuhkan engkau."
Namun, di sinilah letak keindahan dan kuasa janji Tuhan yang terungkap dalam ayat ini. Meskipun bangsa Israel telah melakukan begitu banyak kesalahan, baik dalam ketakutan mereka maupun dalam penyimpangan spiritual mereka, Tuhan tidak membuang mereka begitu saja. Frasa terakhir dari ayat tersebut, "bahkan sekalipun mereka menanam benih, sesudah itu mereka akan memakannya," membawa pesan harapan yang kuat. Ini adalah janji bahwa meskipun ada upaya penjajah untuk merampas hasil jerih payah mereka, Tuhan sendiri yang akan memastikan bahwa mereka tetap dapat menikmati buah dari kerja keras mereka.
Janji ini bukan sekadar pembebasan fisik dari penindasan, tetapi juga pemulihan atas kerugian dan ketidakadilan yang mereka alami. Tuhan berdaulat atas segala sesuatu, termasuk hasil panen dan proses pertumbuhan benih. Dalam konteks ini, Tuhan menyatakan bahwa Ia akan melindungi dan mengamankan berkat yang diberikan-Nya kepada umat-Nya, bahkan di tengah ancaman dan kesulitan yang paling ekstrem sekalipun. Ayat Hakim-Hakim 6:4, meskipun menggambarkan keputusasaan dan kesalahan manusia, pada dasarnya adalah pengingat akan kesetiaan dan kuasa ilahi untuk memulihkan dan memelihara umat-Nya. Ini adalah deklarasi bahwa bagi mereka yang berseru kepada Tuhan, ada harapan yang teguh, bahkan ketika segala sesuatu tampak suram.