"Lalu ia mendapat seorang muda dari Sukot, dan menanyainya, maka orang muda itu menuliskan baginya para tua-tua dan para pengawas Sukot, tujuh puluh tujuh orang."
Kisah dalam Kitab Hakim-Hakim, khususnya pasal 8 ayat 14, menceritakan sebuah momen penting dalam perjalanan Gideon. Setelah meraih kemenangan gemilang atas bangsa Midian, Gideon tidak lantas berhenti. Ia terus bergerak, menegakkan keadilan, dan memastikan bahwa keputusan-keputusan penting dalam masyarakat dicatat dengan baik. Ayat ini menggambarkan bagaimana Gideon dengan cekatan mencari informasi, yaitu dengan menanyai seorang pemuda dari Sukot. Pemuda ini kemudian diperintahkan untuk mencatat nama-nama para tua-tua dan pengawas kota tersebut. Tindakan Gideon ini menunjukkan pentingnya pendokumentasian dan pencatatan informasi yang akurat.
Dalam konteks modern, ayat ini bisa menjadi pengingat bagi kita tentang nilai dari pencatatan yang cermat. Baik dalam kehidupan pribadi, profesional, maupun spiritual, mencatat adalah kunci untuk mengingat, belajar, dan bertindak dengan bijak. Gideon, seorang pemimpin yang diurapi Tuhan, tidak mengandalkan ingatan semata, melainkan memastikan adanya catatan tertulis yang dapat diandalkan. Ini sangat krusial dalam pengambilan keputusan yang adil dan objektif, seperti yang ditunjukkan oleh Gideon dalam upayanya untuk mencatat para pemimpin Sukot.
Lebih dari sekadar pencatatan informasi, ayat ini juga menyiratkan adanya proses pengumpulan data dan identifikasi pihak-pihak terkait. Gideon tidak hanya sekadar bertanya, tetapi ia secara spesifik meminta nama-nama orang yang memiliki otoritas dan tanggung jawab di kota Sukot. Hal ini menunjukkan sebuah pendekatan yang sistematis dalam menyelesaikan urusan. Di era digital saat ini, di mana informasi mengalir deras, kemampuan untuk mengumpulkan, memverifikasi, dan mencatat informasi dengan benar menjadi semakin vital. Ini membantu kita untuk tidak tersesat dalam lautan data, tetapi justru dapat memanfaatkan informasi tersebut untuk kebaikan.
Selain itu, Hakim-Hakim 8:14 juga mengajarkan kita tentang responsivitas dan ketegasan. Ketika Gideon meminta, pemuda Sukot tersebut bertindak cepat dan sigap. Ini menunjukkan sebuah budaya kerja yang baik, di mana instruksi dijalankan dengan penuh kepatuhan. Keberhasilan Gideon dalam memimpin bangsanya tidak hanya karena keberaniannya di medan perang, tetapi juga karena ia membangun sistem yang efisien dan didukung oleh orang-orang yang taat. Pemahaman yang mendalam tentang struktur kepemimpinan di setiap wilayah yang ia kunjungi sangat penting untuk memastikan stabilitas pasca-perang.
Pada akhirnya, kisah ini adalah sebuah ilustrasi tentang bagaimana seorang pemimpin yang bijak menggunakan sumber daya yang ada, termasuk informasi dan manusia, untuk mencapai tujuannya. Hakim-Hakim 8:14 menggarisbawahi bahwa ketelitian, akurasi, dan sistematisasi adalah fondasi penting untuk segala bentuk kepemimpinan yang efektif dan adil. Ini adalah prinsip yang relevan sepanjang masa, membantu kita untuk menavigasi tantangan dan membangun tatanan yang lebih baik.