Mazmur 66:13 - Kesaksian Syukur

"Aku akan masuk ke rumah-Mu dengan mempersembahkan korban bakaran, kepadamu akan kubayar nazarku"
Ilustrasi hati yang bersyukur naik ke langit Syukurku Menaungimu

Ayat Mazmur 66:13 membawa kita pada sebuah gambaran yang kuat tentang ekspresi syukur kepada Tuhan. Pemazmur dengan tegas menyatakan niatnya untuk "masuk ke rumah-Mu dengan mempersembahkan korban bakaran". Ini bukan sekadar ritual tanpa makna, melainkan sebuah tindakan kesengajaan, sebuah komitmen hati yang diwujudkan dalam perbuatan. Konteks rumah Tuhan merujuk pada tempat ibadah, di mana umat Israel berkumpul untuk menyembah dan bersekutu dengan Allah. Mempersembahkan korban bakaran adalah bentuk pengorbanan tertinggi, menunjukkan ketaatan, penyerahan diri, dan pengakuan atas kebesaran serta kemurahan Tuhan.

Lebih lanjut, ayat ini menekankan pemenuhan nazar: "kepadamu akan kubayar nazarku". Nazar adalah janji yang dibuat kepada Tuhan, seringkali dalam momen-momen krisis atau kerinduan mendalam. Ketika Tuhan menjawab doa atau memberikan pertolongan, seperti yang tersirat dalam mazmur ini, maka kewajiban untuk menepati janji tersebut menjadi sangat penting. Tindakan membayar nazar adalah bukti integritas rohani dan pengakuan bahwa segala berkat dan pertolongan datang dari Dia. Ini adalah cara untuk memuliakan Tuhan dan menunjukkan kepada sesama bahwa janji kepada Tuhan tidak boleh dianggap remeh.

Frasa "Mazmur 66:13" sendiri, yang sering menjadi titik referensi, mengajarkan kita tentang siklus ibadah dan kesaksian. Setelah mengalami pertolongan Tuhan, respons yang paling tepat adalah kembali kepada-Nya dengan hati yang penuh rasa syukur dan persembahan. Ini adalah siklus yang terus berputar: mengalami kemurahan-Nya, merespons dengan syukur, dan memelihara hubungan yang semakin erat dengan-Nya. Tindakan ini tidak hanya bersifat pribadi, tetapi seringkali juga menjadi kesaksian bagi orang lain, mendorong mereka untuk juga mencari dan memuliakan Tuhan dalam hidup mereka.

Dalam kehidupan modern, konsep "mempersembahkan korban bakaran" mungkin terlihat asing. Namun, esensinya tetap relevan. Korban bakaran dalam konteks spiritualitas masa kini dapat diartikan sebagai penyerahan diri sepenuhnya kepada kehendak Tuhan, waktu dan talenta yang didedikasikan untuk pelayanan-Nya, atau persembahan materi yang diberikan dengan tulus. Membayar nazar bisa berarti menepati janji-janji pribadi yang telah diucapkan dalam doa, menjaga integritas moral, atau hidup sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran yang diajarkan. Semua ini adalah bentuk pengorbanan dan pengakuan atas kedaulatan Tuhan atas hidup kita.

Ayat ini adalah pengingat yang indah bahwa respons kita terhadap kebaikan Tuhan seharusnya tidak pernah pasif. Harus ada tindakan nyata, sebuah persembahan hati yang tulus, dan komitmen untuk menepati janji. Dengan melakukan demikian, kita tidak hanya memenuhi kewajiban kita kepada Tuhan, tetapi juga memperdalam persekutuan kita dengan-Nya dan menjadi terang bagi dunia, membagikan sukacita dan damai sejahtera yang berasal dari mengenal Dia. Mengalami penyertaan Tuhan dalam setiap aspek kehidupan adalah alasan yang tak terhingga untuk membawa persembahan syukur dan membayar segala nazarku kepada-Nya.