"Dan ketika ia melihat perbuatan yang jahat itu, ia pun bergegas bangun, dan ia berdiri di atas puncak gunung, dan berseru dengan suara nyaring, 'Perbuatan yang jahat! Perbuatan yang jahat! Mengapa kamu bersembunyi dan tidak segera menindaknya?'"
Dalam setiap tatanan masyarakat, kehadiran seorang hakim memegang peranan krusial. Hakim adalah garda terdepan penegakan keadilan, sosok yang diharapkan mampu membedakan antara benar dan salah, serta memberikan keputusan yang adil bagi semua pihak. Ayat dari Hakim 9:35 memberikan sebuah gambaran yang kuat tentang semangat dan tanggung jawab seorang hakim yang sejati. Frasa "perbuatan yang jahat! Perbuatan yang jahat!" yang diucapkan dengan lantang, bukan sekadar teriakan kekecewaan, melainkan sebuah panggilan moral yang mendesak untuk bertindak.
Ayat ini mengingatkan kita bahwa menjadi hakim bukan hanya sekadar menduduki sebuah jabatan, tetapi lebih dari itu, adalah sebuah panggilan untuk menjaga integritas dan menegakkan kebenaran. Hakim yang bijak tidak akan tinggal diam ketika melihat ketidakadilan merajalela. Sebaliknya, mereka akan merasa terpanggil untuk segera campur tangan, menghentikan perbuatan yang merusak tatanan masyarakat, dan membawa pelaku ke hadapan hukum. Suara nyaring yang keluar dari ayat ini menyiratkan keberanian untuk bersuara lantang melawan kezaliman, bahkan jika itu berarti harus menghadapi situasi yang sulit atau berbahaya.
Lebih lanjut, kata-kata "Mengapa kamu bersembunyi dan tidak segera menindaknya?" menunjukkan sebuah rasa urgensi yang mendalam. Ini adalah sebuah pertanyaan retoris yang ditujukan kepada diri sendiri, kepada orang lain, atau bahkan kepada kekuatan yang lebih tinggi, tentang kelambanan dalam bertindak. Seorang hakim yang efektif tidak akan menunda-nunda dalam menangani kasus-kasus yang melibatkan kejahatan. Penundaan dapat memberikan celah bagi pelaku untuk lolos, merusak bukti, atau bahkan menimbulkan korban lebih banyak. Oleh karena itu, kecepatan dan ketepatan dalam mengambil tindakan adalah esensi dari seorang hakim yang bertanggung jawab.
Semangat yang ditunjukkan dalam Hakim 9:35 juga mengajarkan tentang pentingnya integritas pribadi. Hakim yang berani bersuara lantang bukan hanya karena kewajiban profesional, tetapi juga karena dorongan moral yang kuat untuk melihat keadilan terwujud. Mereka tidak takut untuk menyoroti kesalahan, bahkan jika itu berasal dari orang-orang terdekat atau pihak-pihak yang memiliki kekuasaan. Integritas ini adalah fondasi kepercayaan masyarakat kepada institusi peradilan. Ketika hakim bertindak dengan jujur dan berani, masyarakat akan merasa aman dan yakin bahwa hak-hak mereka akan dilindungi.
Dalam konteks modern, ayat ini menjadi pengingat bahwa tugas hakim tidak pernah selesai. Tantangan terus berkembang, dan kejahatan bisa saja muncul dalam bentuk yang lebih kompleks. Namun, prinsip dasar yang diajarkan dalam Hakim 9:35 tetap relevan: keberanian, ketegasan, dan kepekaan terhadap segala bentuk ketidakadilan. Seorang hakim harus selalu siap untuk "berdiri di atas puncak gunung" dan "berseru dengan suara nyaring" ketika kejahatan mengancam. Ini adalah panggilan untuk terus waspada, bertindak cepat, dan menjaga api keadilan tetap menyala demi kemaslahatan seluruh masyarakat.