Hakim Hakim 9 46

"Dan ketika orang-orang yang berkerumun itu melihat Abimelekh dan orang-orang yang menyertainya, maka mereka bersukacita, lalu mengangkat Abimelekh menjadi raja di atas pohon tarab dekat Sikhem."

Ilustrasi abstrak dengan gradasi warna sejuk dan teks judul

Ayat Hakim Hakim 9 46 membawa kita pada sebuah momen krusial dalam sejarah para hakim, sebuah cerita yang sarat akan makna tentang kekuasaan, ambisi, dan konsekuensinya. Di tengah riuh rendahnya kerumunan, Abimelekh diangkat menjadi raja di dekat pohon tarab, sebuah simbol pengukuhan kekuasaannya di kota Sikhem. Pengangkatan ini bukanlah hasil dari legitimasi ilahi atau pilihan rakyat yang murni, melainkan buah dari intrik dan kekerasan yang telah ia lakukan, termasuk membantai saudara-saudaranya sendiri.

Kisah ini mengajarkan kita betapa rapuhnya fondasi kekuasaan yang dibangun di atas pilar kejahatan. Sukacita yang digambarkan dalam ayat tersebut mungkin hanya bersifat sementara, menutupi kegelisahan dan ketakutan yang sesungguhnya. Keberhasilan sesaat yang dicapai dengan cara yang salah, seringkali hanya menjadi benih dari kehancuran di masa depan. Abimelekh, dengan segala ambisinya, mungkin pada awalnya melihat momen ini sebagai puncak pencapaiannya, namun Kitab Hakim terus berlanjut untuk mengungkap jalan yang penuh dengan pertumpahan darah dan akhirnya malapetaka.

Dalam konteks kehidupan modern, kita bisa menarik banyak pelajaran dari peristiwa ini. Penggambaran hakim hakim 9 46 mengingatkan kita untuk berhati-hati terhadap segala bentuk ambisi yang melampaui batas moral dan etika. Ketenaran, kekuasaan, atau kekayaan yang diraih dengan cara menindas, menipu, atau menyakiti orang lain, pada akhirnya akan membawa kehancuran. Kehidupan yang dibangun di atas kebohongan dan kezaliman tidak akan pernah kokoh.

Pohon tarab yang menjadi saksi pengangkatan Abimelekh, bisa kita artikan sebagai simbol tempat atau komunitas di mana keputusan penting dibuat. Penting bagi kita untuk selalu memilih pemimpin dan jalan yang benar, bukan sekadar yang menjanjikan kemudahan sesaat atau terlihat populer. Nilai-nilai kejujuran, integritas, dan keadilan harus menjadi landasan utama dalam setiap langkah, baik dalam skala individu maupun kolektif.

Ayat ini juga menyoroti tentang bagaimana masyarakat terkadang mudah terbuai oleh retorika yang kuat atau janji-janji manis, tanpa melihat akar dari sebuah kepemimpinan. Penting bagi kita untuk senantiasa kritis dan bijak dalam menilai, agar tidak terjerumus dalam memilih pemimpin yang justru akan membawa petaka. Renungan dari hakim hakim 9 46 adalah panggilan untuk membangun masa depan yang lebih baik, yang didasari oleh prinsip-prinsip kebenaran dan kasih, bukan kekuasaan yang diperoleh dengan cara yang kelam. Sebuah pengingat bahwa kesukacitaan yang didasari kejahatan, bagaimanapun meriahnya, akan selalu berujung pada kesedihan yang lebih dalam.