"Sebab kamu telah berpartisipasi dalam penderitaan orang-orang terbelenggu, dan ketika harta miliknya dirampas, kamu menerimanya dengan sukacita, karena kamu tahu bahwa ada harta yang lebih baik dan yang lebih kekal di surga."
Ayat Ibrani 10:34 ini memberikan sebuah perspektif yang mendalam tentang bagaimana seharusnya orang percaya merespons terhadap kesulitan, penganiayaan, dan kehilangan harta benda. Penulis kitab Ibrani mengingatkan pembacanya tentang pengalaman masa lalu mereka, di mana mereka menunjukkan solidaritas dan kasih dengan sesama orang percaya yang menderita. Hal ini bukan sekadar rasa simpati pasif, melainkan partisipasi aktif dalam penderitaan mereka, bahkan ketika harus kehilangan harta pribadi.
Apa yang membuat mereka mampu menerima perampasan harta benda dengan sukacita? Jawabannya terletak pada pemahaman mereka tentang realitas spiritual yang lebih tinggi. Mereka memiliki iman yang teguh bahwa "ada harta yang lebih baik dan yang lebih kekal di surga." Pemahaman ini mengubah cara pandang mereka terhadap kesulitan duniawi. Penderitaan dan kehilangan yang dialami di dunia ini, betapapun beratnya, dipandang sebagai sesuatu yang sementara jika dibandingkan dengan berkat kekal yang menanti di hadapan Tuhan.
Dalam konteks kekristenan, harta yang lebih kekal ini merujuk pada kehidupan abadi bersama Kristus, kedamaian, sukacita, kebenaran, dan pemuliaan yang akan diterima oleh orang-orang yang setia kepada Tuhan. Pengorbanan di dunia ini, termasuk kehilangan materi, menjadi investasi yang tak ternilai harganya untuk perolehan kekayaan surgawi. Hal ini mengajarkan kita bahwa nilai sejati tidak terletak pada apa yang bisa kita miliki di dunia ini, tetapi pada hubungan kita dengan Tuhan dan apa yang telah Dia sediakan bagi kita di kekekalan.
Pengalaman para pendahulu iman ini menjadi teladan bagi kita di masa kini. Dalam menghadapi tantangan hidup, entah itu berupa kesulitan finansial, masalah keluarga, atau bahkan penganiayaan karena keyakinan, kita dipanggil untuk melihat melampaui penderitaan sementara. Iman yang hidup akan memampukan kita untuk menemukan kekuatan dan sukacita, bahkan di tengah badai. Ini bukan tentang menjadi kebal terhadap rasa sakit, melainkan tentang memiliki harapan yang lebih besar yang menopang kita.
Penghargaan terhadap harta surgawi yang tak terbandingkan, membuat segala kehilangan di dunia ini menjadi relatif. Hal ini menuntut penyerahan diri sepenuhnya kepada kehendak Tuhan dan kepercayaan bahwa Dia memiliki rencana terbaik bagi kita. Ketika kita mengutamakan Kerajaan-Nya dan kebenaran-Nya, segala sesuatu yang lain akan ditambahkan kepada kita, baik di dunia ini maupun di kehidupan yang akan datang. Ibrani 10:34 adalah pengingat yang kuat bahwa kesetiaan dan iman kita kepada Tuhan akan selalu memiliki imbalan yang kekal.
Mari kita merenungkan ayat ini dan menerapkannya dalam kehidupan kita. Adakah harta duniawi yang saat ini mengalihkan pandangan kita dari harta kekal? Marilah kita memohon hikmat dan kekuatan dari Tuhan agar iman kita senantiasa kokoh, memampukan kita untuk berpartisipasi dalam segala bentuk penderitaan demi Kristus, dan menyambutnya dengan sukacita, karena kita mengetahui bahwa upah kita besar di surga.
Jika Anda ingin mendalami lebih jauh tentang bagaimana iman dapat membantu kita menghadapi kesulitan, Anda bisa mencari sumber-sumber teologis yang membahas tentang penderitaan orang percaya dan eskatologi.