"Karena iman ia telah meninggalkan Mesir dan ia tidak menjadi takut akan murka raja, sebab ia berpegang teguh pada Dia yang tidak kelihatan."
Ayat Ibrani 11:28 adalah salah satu ayat yang paling kuat dalam Kitab Suci, menggambarkan sebuah tindakan iman luar biasa yang diilhami oleh kepercayaan penuh kepada Tuhan. "Karena iman ia telah meninggalkan Mesir dan ia tidak menjadi takut akan murka raja, sebab ia berpegang teguh pada Dia yang tidak kelihatan." Siapakah "ia" yang dimaksud di sini? Kebanyakan penafsir Alkitab sepakat bahwa ini merujuk pada Musa. Kisah Musa adalah contoh nyata bagaimana iman dapat mengatasi ketakutan yang paling mendalam dan tantangan yang paling berat dalam hidup.
Mari kita telaah lebih dalam konteks di balik ayat ini. Musa, yang tumbuh di istana Firaun, adalah seorang pangeran Mesir. Namun, ketika ia tumbuh dewasa, ia menyadari identitasnya sebagai orang Israel dan merasakan penderitaan bangsanya. Pada satu titik, ia bahkan membunuh seorang Mesir yang menindas seorang budak Israel. Tindakan ini membuatnya harus melarikan diri dari Mesir dan hidup dalam pengasingan selama bertahun-tahun.
Namun, ketika Tuhan memanggil Musa di semak duri yang menyala untuk memimpin bangsa Israel keluar dari perbudakan di Mesir, Musa dipenuhi keraguan dan ketakutan. Firaun adalah penguasa yang kuat dan kejam. Menghadapi raja Mesir untuk menuntut pembebasan ribuan budak adalah tugas yang tampak mustahil dan sangat berbahaya. Bayangkan betapa besarnya rasa takut yang pasti menyelimuti Musa. Murka raja bisa berarti kematian baginya dan bagi bangsa Israel.
Namun, ayat ini menekankan bahwa Musa tidak takut akan murka raja. Mengapa? Karena "ia berpegang teguh pada Dia yang tidak kelihatan." Inilah inti dari iman. Iman bukanlah sekadar keyakinan pasif, tetapi sebuah tindakan aktif yang berakar pada kepercayaan yang teguh kepada Tuhan, yang meskipun tidak terlihat oleh mata fisik, kehadirannya terasa nyata dan kekuatannya tak terbatas. Musa memilih untuk memfokuskan pandangannya pada Tuhan, pada janji-janji-Nya, dan pada kuasa-Nya, daripada terintimidasi oleh ancaman raja Mesir yang kelihatan.
Pelajaran yang dapat kita ambil dari kisah ini sangat relevan bagi kehidupan kita saat ini. Kita semua pasti pernah atau akan menghadapi situasi yang menimbulkan ketakutan: ketakutan akan kegagalan, ketakutan akan kehilangan, ketakutan akan masa depan, atau bahkan ketakutan akan penolakan. Dalam menghadapi hal-hal ini, kita seringkali terpaku pada apa yang terlihat, pada kesulitan, pada keterbatasan diri, dan pada kekuatan lawan yang tampak lebih besar.
Namun, Ibrani 11:28 mengingatkan kita bahwa ada kekuatan yang jauh lebih besar daripada segala kekhawatiran yang kita hadapi. Kekuatan itu berasal dari Tuhan, Sang Pencipta alam semesta, yang berkuasa atas segala sesuatu. Ketika kita memilih untuk "berpegang teguh pada Dia yang tidak kelihatan," kita memberikan izin bagi kuasa ilahi untuk bekerja dalam hidup kita. Ini berarti berdoa dengan sungguh-sungguh, memercayai hikmat-Nya, dan bertindak sesuai dengan kehendak-Nya, meskipun jalan yang ditempuh tampak sulit dan menakutkan.
Tindakan Musa meninggalkan Mesir bukan hanya sebuah pelarian dari bahaya, tetapi sebuah deklarasi iman. Ia meninggalkan kenyamanan yang relatif, status, dan segalanya yang ia ketahui, demi taat pada panggilan Tuhan. Ini menunjukkan bahwa iman sejati seringkali menuntut pengorbanan dan keberanian untuk melangkah keluar dari zona nyaman kita.
Kesimpulannya, Ibrani 11:28 adalah pengingat abadi bahwa iman bukanlah ketiadaan rasa takut, melainkan kemampuan untuk bertindak meskipun rasa takut itu ada, karena kepercayaan kita lebih besar pada Tuhan. Dengan berpegang teguh pada Dia yang tidak kelihatan, kita dapat menemukan keberanian untuk menghadapi ketakutan kita, meninggalkan apa yang menghalangi pertumbuhan rohani kita, dan menjalani kehidupan yang berkenan kepada-Nya. Mari kita terus memupuk iman kita, agar kita juga dapat mengalami kemenangan atas ketakutan melalui kekuatan Tuhan.