Keluaran 38:7

"Dan pada setiap tiang itu dipasanglah kancing-kancing tembaga."

Ayat singkat dari Kitab Keluaran ini membuka jendela kecil ke dalam detail arsitektur Kemah Suci yang dibangun oleh bangsa Israel di padang gurun. Meskipun hanya satu kalimat, ia menyimpan makna penting mengenai ketelitian dan penggunaan material dalam pembangunan tempat ibadah yang sangat sakral ini. Keluaran 38:7 secara spesifik menyebutkan pemasangan "kancing-kancing tembaga" pada setiap tiang. Detail ini mungkin terdengar remeh, namun dalam konteks ibadah Israel kuno, setiap komponen memiliki arti dan fungsi.

Kemah Suci, atau Tabernakel, adalah pusat kehidupan rohani bangsa Israel selama perjalanan mereka menuju Tanah Perjanjian. Itu adalah manifestasi fisik dari hadirat Allah di tengah umat-Nya. Pembangunannya melibatkan banyak tenaga kerja terampil, material berharga, dan pengawasan yang cermat dari Musa dan para pemimpinnya. Tembaga adalah salah satu logam yang digunakan secara ekstensif, dikenal karena kekuatan dan ketahanannya. Kancing-kancing tembaga ini kemungkinan berfungsi sebagai pengait atau penahan, mungkin untuk menggantung tirai, layar, atau komponen lain dari struktur Kemah Suci. Keberadaannya memastikan bahwa setiap bagian terpasang dengan kokoh dan aman, mencerminkan keteraturan dan kekokohan yang seharusnya ada dalam hubungan antara Allah dan umat-Nya.

Keluaran 38:7 juga menyoroti prinsip bahwa detail terkecil dalam ibadah pun penting. Dalam tradisi Israel, pembangunan Kemah Suci bukanlah sekadar proyek konstruksi; itu adalah tindakan ketaatan dan penyembahan. Setiap potongan, setiap sambungan, setiap kancing tembaga, semuanya dilakukan sesuai dengan instruksi ilahi yang diberikan kepada Musa. Hal ini mengajarkan kita tentang pentingnya keseriusan dan perhatian terhadap detail ketika kita terlibat dalam aktivitas yang berhubungan dengan keilahian. Tidak ada yang dianggap terlalu kecil atau tidak berarti jika itu adalah bagian dari perintah Allah.

Lebih jauh lagi, penggunaan tembaga dapat memiliki makna simbolis. Tembaga sering diasosiasikan dengan pemurnian dan pengorbanan dalam Perjanjian Lama. Altar korban bakaran, misalnya, dibuat dari tembaga (Keluaran 38:2). Kancing-kancing tembaga pada tiang-tiang Kemah Suci dapat mengingatkan orang Israel akan kebutuhan akan pengampunan dosa dan kemurnian untuk dapat mendekat kepada Allah yang kudus. Tembaga, yang lebih kuat dan lebih kasar daripada emas atau perak, mungkin mewakili bumi dan kerentanan manusia, yang diangkat dan ditopang oleh struktur suci yang menjembatani dunia manusia dengan alam ilahi.

Dalam konteks yang lebih luas, ayat ini, seperti ayat-ayat lain yang merinci pembangunan Kemah Suci, mempersiapkan kita untuk pemahaman tentang Bait Allah di Yerusalem dan, pada akhirnya, bagi konsep gereja sebagai tubuh Kristus. Ketaatan terhadap detail, penggunaan material yang spesifik, dan tujuan membangun tempat untuk kehadiran Allah, semuanya adalah tema yang berulang dalam narasi keselamatan Allah. Oleh karena itu, "keluaran 38 7" bukan sekadar catatan teknis, melainkan bagian dari narasi ilahi yang lebih besar tentang bagaimana Allah berdiam di antara umat-Nya dan bagaimana umat-Nya seharusnya mendekat kepada-Nya.