"Lebih-lebih lagi aku mendorong kamu, supaya aku, dengan segera dapat memperoleh kamu kembali."
Ayat Ibrani 13:19 ini, meskipun terdengar sederhana, menyimpan makna yang mendalam dan menjadi titik tolak refleksi spiritual yang kuat. Rasul Paulus, penulis surat Ibrani, menyampaikan kerinduannya yang tulus untuk dapat segera bersatu kembali dengan jemaat yang ia layani. Ini bukan sekadar ungkapan kerinduan pribadi, tetapi sebuah manifestasi dari kasih pastoral yang membara, perhatian yang mendalam terhadap pertumbuhan rohani mereka, dan harapan akan berkat yang akan mereka terima bersama dalam persekutuan.
Konteks dari ayat ini sangat penting. Surat Ibrani ditulis pada masa ketika orang percaya menghadapi berbagai tantangan, penganiayaan, dan godaan untuk kembali ke praktik-praktik lama. Di tengah kesulitan ini, Paulus ingin meneguhkan iman mereka, mengingatkan mereka akan kebenaran Injil, dan mendorong mereka untuk tetap teguh dalam Kristus. Kerinduannya untuk kembali berarti ia ingin terus membimbing, mengajar, dan memberkati mereka. Ia ingin memastikan bahwa mereka tidak tersesat, tetapi terus berjalan di jalan kebenaran dan kekudusan.
Kata kunci di sini adalah "mendorong" dan "memperoleh kembali". "Mendorong" bukan berarti memaksa, melainkan memberi dorongan, nasihat, dan semangat. Paulus ingin mereka mengambil langkah aktif menuju pemulihan dan kedekatan spiritual. Sementara itu, "memperoleh kembali" menunjukkan adanya keinginan untuk menyatukan kembali, menghidupkan kembali persekutuan yang erat, dan menikmati buah-buah dari iman yang terus bertumbuh. Ini juga bisa diartikan sebagai kerinduan untuk melihat mereka terus maju dalam pemahaman dan praktik iman mereka, sehingga "buah" dari kehidupan mereka semakin terlihat.
Ayat ini mengajak kita untuk merefleksikan pentingnya persekutuan dalam kehidupan rohani. Keterpisahan fisik tidak boleh memutus ikatan spiritual. Kerinduan para pemimpin rohani untuk melihat jemaat mereka bertumbuh dan tetap setia adalah bukti kasih yang mendalam. Demikian pula, kita sebagai orang percaya diajak untuk merindukan persekutuan yang sehat, tidak hanya secara fisik tetapi juga secara spiritual, dengan saudara-saudari seiman dan dengan Tuhan sendiri.
Ibrani 13:19 juga mengajarkan tentang pentingnya doa yang konsisten. Paulus berdoa agar ia dapat segera kembali. Ini menginspirasi kita untuk mendoakan para pelayan Tuhan di mana pun mereka berada, serta mendoakan agar persekutuan gereja terus diperkuat dan diberkati. Kita perlu mendoakan agar hubungan antaranggota jemaat tetap harmonis dan saling membangun, sehingga gereja dapat menjadi kesaksian yang hidup bagi dunia.
Dalam menghadapi berbagai situasi hidup, seperti yang dihadapi oleh jemaat Ibrani, kita juga perlu mendasarkan iman kita pada kebenaran abadi. Kerinduan Paulus adalah agar jemaat tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang dalam pemahaman dan penghayatan akan Kristus. Kita pun diajak untuk tidak hanya sekadar "bertahan", tetapi terus menerus mencari pertumbuhan rohani, memperdalam persekutuan kita dengan Tuhan, dan menjadi saluran berkat bagi sesama. Semoga kita selalu memiliki hati yang merindukan kedekatan dengan Tuhan dan sesama, sebagaimana yang tersirat dalam doa Rasul Paulus di Ibrani 13:19.