Ibrani 3:9 - Peringatan Agar Tidak Keras Hati

"Di sana nenek moyangmu menguji Aku, mencoba Aku, dan melihat pekerjaan-Ku empat puluh tahun lamanya."

Ayat dari Kitab Ibrani 3:9 ini membawa kita pada sebuah renungan mendalam mengenai hubungan umat Israel dengan Tuhan di masa lampau. Penggalan ayat ini mengingatkan kita pada peristiwa penting dalam sejarah perjalanan mereka keluar dari Mesir menuju Tanah Perjanjian. Pengujian dan pencobaan yang mereka lakukan terhadap Tuhan, serta pengamatan Tuhan terhadap pekerjaan-Nya selama empat puluh tahun, bukanlah sekadar catatan sejarah biasa. Ayat ini mengandung pelajaran yang sangat relevan bagi kita di masa kini, terutama tentang pentingnya hati yang tidak keras.

Perjalanan empat puluh tahun di padang gurun adalah periode yang penuh dengan tantangan. Di satu sisi, Tuhan menunjukkan kuasa-Nya dengan cara yang luar biasa: membelah Laut Merah, menurunkan mana dan air dari batu, serta melindungi mereka dari musuh. Di sisi lain, umat Israel berulang kali menunjukkan sikap ketidakpercayaan, keluhan, dan pemberontakan. Mereka "menguji" Tuhan, yang berarti mereka meragukan kesetiaan dan kuasa-Nya, seolah-olah Tuhan perlu dibuktikan kembali. Mereka "mencoba" Tuhan, mencari cara untuk melihat apakah Tuhan benar-benar peduli atau tidak.

Inti dari peringatan dalam Ibrani 3:9 adalah sebuah nasehat untuk tidak meniru sikap keras hati nenek moyang mereka. Keras hati di sini bukanlah sekadar keteguhan yang positif, melainkan ketidakmauan untuk mendengarkan, belajar, dan taat kepada Tuhan. Sikap ini berakar pada ketidakpercayaan dan seringkali dipicu oleh kesulitan, kekhawatiran, atau godaan duniawi.

Ilustrasi abstrak awan dan batu, melambangkan perjalanan di padang gurun.

Mengapa kita perlu memperhatikan peringatan ini? Karena sejarah pengujian Tuhan di padang gurun bukanlah kisah usang. Sikap keras hati bisa saja muncul dalam kehidupan iman kita sehari-hari. Ketika kita menghadapi masalah, godaan, atau keraguan, mudah bagi kita untuk mulai mempertanyakan kesetiaan Tuhan, sama seperti yang dilakukan bangsa Israel. Kita mungkin mulai mengeluh, meragukan hikmat-Nya, atau mencoba mencari jalan keluar sendiri tanpa mengandalkan-Nya sepenuhnya. Ini adalah bentuk pengujian dan pencobaan terhadap Tuhan.

Ayat ini juga menggarisbawahi bahwa Tuhan telah menunjukkan "pekerjaan-Nya" kepada umat-Nya. Dia tidak pernah absen dalam sejarah mereka. Demikian pula, dalam kehidupan kita, Tuhan terus bekerja, menyatakan kasih dan kuasa-Nya melalui berbagai cara. Namun, kemampuan kita untuk melihat dan menghargai pekerjaan Tuhan ini sangat bergantung pada kondisi hati kita. Hati yang lembut, rendah hati, dan bersedia belajar akan lebih peka terhadap kehadiran dan tindakan Tuhan. Sebaliknya, hati yang keras akan menjadi tumpul, sulit melihat kebaikan Tuhan, dan mudah jatuh dalam ketidakpercayaan.

Penting untuk merenungkan Ibrani 3:9 bukan sebagai tuduhan, melainkan sebagai panggilan untuk introspeksi. Apakah kita saat ini sedang menguji Tuhan dengan keraguan kita? Apakah kita cenderung keras hati ketika menghadapi kesulitan? Kita dipanggil untuk belajar dari pengalaman bangsa Israel dan memilih jalan yang berbeda: jalan iman yang teguh, ketaatan yang tulus, dan hati yang selalu terbuka untuk mendengar suara Tuhan. Dengan menjaga hati agar tidak keras, kita memastikan bahwa kita tetap terhubung dengan Tuhan dan mampu melihat serta mengalami terus-menerus pekerjaan-Nya yang ajaib dalam kehidupan kita.