"Dan mereka tidak akan mengajarkan lagi setiap orang kepada sesamanya atau setiap orang kepada saudaranya, dengan berkata: Kenallah TUHAN! Sebab mereka semua, dari yang paling kecil hingga yang paling besar, akan mengenal Aku."
Ayat Ibrani 8:11 merupakan sebuah permata spiritual yang membukakan pandangan kita terhadap esensi dari perjanjian baru yang Allah adakan dengan umat-Nya. Dalam konteks Perjanjian Lama, umat sering kali kesulitan memahami dan menaati hukum Allah. Hubungan mereka dengan Tuhan sering kali dilandasi oleh ritual dan hukum yang terkesan kaku, serta rasa takut akan kegagalan dalam memenuhinya. Namun, melalui kedatangan Yesus Kristus, segalanya diubah. Perjanjian baru yang dijanjikan dalam kitab Yeremia (31:31-34) kini terwujud, dan Ibrani 8:11 memberikan penekanan yang kuat pada pemenuhan janji tersebut.
Poin krusial dari ayat ini adalah perubahan mendasar dalam cara kita mengenal dan berinteraksi dengan Tuhan. Frasa "mereka tidak akan mengajarkan lagi setiap orang kepada sesamanya atau setiap orang kepada saudaranya, dengan berkata: Kenallah TUHAN!" menunjukkan sebuah era di mana pengenalan akan Tuhan tidak lagi bersifat eksternal atau diajarkan melalui peraturan semata. Dulu, pengetahuan tentang Tuhan seringkali datang dari guru agama, para nabi, atau pembacaan hukum Taurat. Namun, dalam perjanjian baru, pengenalan ini menjadi sesuatu yang internal, langsung, dan mendalam.
Bagaimana hal ini bisa terjadi? Jawabannya terletak pada kehadiran Roh Kudus yang dijanjikan akan diam di dalam hati setiap orang percaya. Roh Kudus inilah yang secara pribadi membimbing, mengajar, dan menginsafkan kita akan kebenaran Allah. Ia menanamkan hukum Allah bukan di atas loh batu, melainkan di dalam hati kita. Ini berarti pemahaman dan ketaatan kita kepada Allah bukan lagi sesuatu yang dipaksakan dari luar, melainkan tumbuh dari kesadaran dan kasih yang terbit dari lubuk hati yang paling dalam.
Lebih jauh lagi, ayat ini menegaskan universalitas pengenalan akan Tuhan. "Sebab mereka semua, dari yang paling kecil hingga yang paling besar, akan mengenal Aku." Ini adalah janji yang luar biasa. Tidak ada lagi diskriminasi berdasarkan usia, status sosial, atau tingkat kecerdasan. Baik anak-anak maupun orang dewasa, orang awam maupun rohaniwan, semuanya memiliki akses yang sama untuk mengenal Allah secara pribadi. Pengenalan ini bukan sekadar pengetahuan intelektual, melainkan sebuah relasi intim yang ditandai dengan kepercayaan, kasih, dan ketaatan yang tulus.
Implikasi dari Ibrani 8:11 sangatlah luas bagi kehidupan iman kita. Kita dipanggil untuk senantiasa membuka hati kepada bimbingan Roh Kudus, yang terus menerus memperdalam pengenalan kita akan pribadi Allah. Ini mendorong kita untuk terus membaca Firman-Nya, berdoa, dan merenungkan kebenaran-Nya, bukan sebagai kewajiban, melainkan sebagai cara untuk semakin mengenal Sang Pencipta yang telah begitu mengasihi kita. Perjanjian baru ini memberikan kepastian dan kebebasan, di mana hubungan kita dengan Tuhan dibangun di atas kasih karunia dan pengampunan, bukan semata-mata pada ketaatan hukum. Inilah inti dari perjanjian baru yang membawa kita pada hubungan yang dinamis dan pribadi dengan Allah.