Ibrani 9:2

Sebab kemah pertama itu telah disiapkan suatu tempat, di mana terdapat kaki dian, meja dengan roti pasarupakan, dan barang-barang suci; di belakang tirai yang kedua ada kemah yang disebut Mahakudus.
Tempat Kudus Roti Tirai Mahakudus TP

Memahami Konteks Ibrani 9:2

Ayat Ibrani 9:2 memberikan gambaran singkat tentang susunan fisik Kemah Suci, tempat ibadah sentral bagi bangsa Israel di padang gurun dan di Tanah Perjanjian. Ayat ini menyebutkan dua bagian utama: tempat pertama yang berisi kaki dian, meja dengan roti persembahan, dan barang-barang suci lainnya, serta tempat kedua yang disebut Mahakudus, yang dipisahkan oleh tirai kedua.

Bagian pertama dari Kemah Suci dikenal sebagai "Tempat Kudus". Di sinilah para imam setiap hari menjalankan tugas pelayanan mereka. Kaki dian melambangkan kehadiran Allah yang terus-menerus menerangi, sementara roti persembahan (roti hudud) melambangkan hubungan berkat dan umat yang terus-menerus dihadirkan di hadirat Allah. Berbagai peralatan lain yang disebut sebagai "barang-barang suci" juga berada di tempat ini, yang semuanya memiliki makna simbolis dalam ibadah Israel kuno.

Namun, yang lebih penting dalam konteks Perjanjian Baru adalah pemisahan antara Tempat Kudus dan Mahakudus. Tirai tebal ini bukan sekadar pemisah fisik, tetapi juga simbol pemisahan antara manusia berdosa dan kekudusan Allah yang mutlak. Hanya Imam Besar yang diizinkan masuk ke Mahakudus, dan itu pun hanya setahun sekali, pada Hari Pendamaian (Yom Kippur), dengan membawa darah korban untuk menebus dosa dirinya dan seluruh umat Israel.

Signifikansi Ibrani 9:2 dalam Perjanjian Baru

Penulis kitab Ibrani menggunakan deskripsi Kemah Suci ini sebagai dasar untuk menjelaskan karya penebusan Yesus Kristus. Dalam Perjanjian Baru, Yesus digambarkan sebagai Imam Besar Agung kita. Kematian-Nya di kayu salib adalah korban yang sempurna dan final, yang membuka jalan masuk langsung ke hadirat Allah bagi semua orang yang percaya kepada-Nya.

Tirai yang memisahkan Mahakudus melambangkan dosa dan ketidaklayakan manusia untuk mendekat kepada Allah. Ketika Yesus menyerahkan nyawa-Nya, Alkitab mencatat bahwa tirai di Bait Allah terbelah dua dari atas sampai ke bawah (Matius 27:51). Ini adalah tanda dramatis bahwa melalui pengorbanan Kristus, pemisahan itu telah ditiadakan. Jalan ke hadirat Allah kini terbuka lebar bagi semua orang.

Ibrani 9:2 membantu kita memahami kedalaman kasih karunia Allah. Kemah Suci kuno, dengan segala kerumitannya, adalah gambaran sementara dari kebenaran kekal. Yesus Kristus adalah kebenaran itu sendiri. Ia bukan hanya masuk ke kemah yang dibuat oleh tangan manusia, tetapi ke dalam surga itu sendiri, untuk mempersembahkan diri-Nya sebagai korban yang menebus, agar kita dapat memiliki persekutuan abadi dengan Allah (Ibrani 9:24).

Oleh karena itu, ayat ini mengajak kita untuk merenungkan betapa berharganya pengorbanan Kristus dan bagaimana Dia telah memberikan kita akses langsung kepada Bapa. Kita tidak lagi membutuhkan sistem persembahan hewan yang berulang-ulang, karena darah Kristus sudah cukup untuk membersihkan hati nurani kita dan membawa kita ke hadirat Allah yang kudus.