Imamat 10:18

"Haruslah kaubawa daging kurban penghapus dosa itu ke suatu tempat yang kudus di luar Kemah Pertemuan, untuk dimakan oleh Harun dan anak-anaknya sebagai bagian mereka yang menjadi bagian tetap, demikianlah firman TUHAN."

Simbol Kurban Penghapus Dosa Kurban Dosa

Memahami Makna Kurban Penghapus Dosa

Ayat Imamat 10:18 memberikan pencerahan penting mengenai pelaksanaan ritual kurban penghapus dosa dalam tradisi Israel kuno. Ayat ini menekankan bahwa daging dari kurban penghapus dosa tidak dibakar seluruhnya di mezbah, melainkan sebagian dipersembahkan kepada Tuhan dan sisanya, yaitu dagingnya, dimakan oleh Harun dan putra-putranya di tempat yang kudus di luar Kemah Pertemuan. Hal ini menunjukkan adanya makna spiritual dan praktis yang mendalam di balik praktik keagamaan ini. Kurban penghapus dosa adalah simbol pengampunan dan pemulihan hubungan antara umat Israel dengan Tuhan. Ketika umat melakukan kesalahan atau dosa, kurban ini menjadi sarana untuk menutupi dosa tersebut dan mengembalikan mereka pada status kekudusan di hadapan Allah.

Penetapan agar daging kurban dimakan oleh para imam sendiri memiliki implikasi penting. Ini bukan sekadar pembagian hasil, melainkan penegasan bahwa para imam, sebagai perantara antara Tuhan dan umat-Nya, memiliki tanggung jawab khusus dalam pelayanan dan kehidupan kekudusan. Mereka menjadi penerima "bagian tetap" dari anugerah pengampunan yang dipersembahkan melalui kurban. Hal ini sekaligus mengingatkan mereka akan tugas suci mereka untuk mendekat kepada Tuhan dan melayani umat-Nya, sambil terus menyadari bahwa mereka pun memerlukan anugerah pengampunan yang sama. Keharusan memakannya di tempat yang kudus di luar Kemah Pertemuan juga menggarisbawahi keseriusan dan kekudusan dari ritual ini, serta membedakannya dari kurban-kurban lain yang mungkin memiliki perlakuan berbeda.

Implikasi Teologis dan Spiritual

Dari sudut pandang teologis, Imamat 10:18 menyoroti sifat penebusan dosa dalam perjanjian Allah dengan umat-Nya. Daging kurban yang dimakan oleh para imam dapat dilihat sebagai gambaran awal dari konsep pemeliharaan dan berkat yang berasal dari pengampunan dosa. Ini adalah pengingat bahwa pengampunan bukanlah sekadar penghapusan kesalahan, tetapi juga membuka jalan bagi hubungan yang dipulihkan dan berkat dari Tuhan. Para imam, dengan memakan daging kurban ini, secara simbolis "mengambil bagian" dalam penebusan yang telah dianugerahkan.

Penerapan dalam kehidupan modern mungkin terasa jauh dari ritual kuno ini. Namun, prinsip di baliknya tetap relevan. Kita diingatkan akan pentingnya mengakui dosa, mencari pengampunan, dan memahami bahwa ada harga yang harus dibayar untuk penebusan. Dalam kekristenan, kurban Yesus Kristus menjadi kurban penghapus dosa yang sempurna dan final, yang melalui-Nya kita dapat memperoleh pengampunan dan hidup kekal. Seperti para imam di masa lalu yang mengambil bagian dari kurban, kita pun diajak untuk "mengambil bagian" dalam anugerah keselamatan melalui iman kepada Kristus. Pengalaman ini seharusnya mendorong kita untuk hidup lebih kudus, lebih bersyukur, dan lebih siap melayani Tuhan serta sesama, menyadari betapa besar kasih karunia yang telah diberikan. Ayat ini secara gamblang menunjukkan bahwa pengampunan dosa adalah fondasi penting bagi hubungan yang benar dengan Tuhan, dan melibatkan tanggung jawab serta pemeliharaan ilahi.