"Maka berfirmanlah TUHAN: 'Kepada orang-orang yang mendekat kepada-Ku haruslah menyatakan, bahwa Akulah yang kudus; dan di depan seluruh rakyat harus menyatakan, bahwa Akulah yang dipermuliakan.'"
Simbol kekudusan, kehormatan, dan ketaatan.
Ayat Imamat 10:3 memuat firman Tuhan yang disampaikan kepada Musa setelah peristiwa tragis kematian Nadab dan Abihu. Peristiwa ini menjadi pengingat yang sangat kuat tentang betapa seriusnya Tuhan memandang kekudusan-Nya. Nadab dan Abihu, anak-anak Harun, mempersembahkan "api asing" di hadapan Tuhan, sesuatu yang tidak diperintahkan oleh-Nya. Akibatnya, api dari Tuhan keluar dan memusnahkan mereka. Ini adalah konsekuensi langsung dari ketidaktaatan dan ketidakacuhan terhadap perintah ilahi, terutama dalam hal ibadah.
Dalam konteks ini, Tuhan berfirman, "Kepada orang-orang yang mendekat kepada-Ku haruslah menyatakan, bahwa Akulah yang kudus; dan di depan seluruh rakyat harus menyatakan, bahwa Akulah yang dipermuliakan." Firman ini memiliki dua aspek penting yang saling terkait. Pertama, kebenaran tentang kekudusan Tuhan. Kekudusan bukanlah sekadar atribut Tuhan, melainkan esensi-Nya yang membedakan-Nya dari segala sesuatu yang bersifat duniawi, berdosa, atau tidak murni. Kekudusan Tuhan berarti kesempurnaan moral, kemurnian absolut, dan keterpisahan-Nya dari dosa. Ia adalah standar tertinggi dari segala kebaikan.
Kedua, tanggung jawab manusia. Tuhan tidak hanya menyatakan kebenaran tentang diri-Nya, tetapi juga menempatkan tanggung jawab pada umat-Nya, khususnya pada para imam yang mendekat kepada-Nya, untuk menyatakan kekudusan-Nya. Ini berarti bukan hanya mengerti, tetapi juga menunjukkan dan mem hidupi kekudusan itu dalam setiap aspek kehidupan. Terlebih lagi, pernyataan ini harus dilakukan di hadapan seluruh rakyat. Ini menyiratkan bahwa orang percaya memiliki peran sebagai saksi kekudusan Tuhan bagi dunia di sekitar mereka. Melalui cara hidup, perkataan, dan perbuatan yang mencerminkan karakter Kristus, kita menyatakan bahwa Tuhan itu kudus dan patut dimuliakan.
Implikasi Imamat 10:3 bagi kehidupan Kristen masa kini sangatlah relevan. Sebagai orang percaya, kita telah ditebus oleh darah Kristus dan diperdamaikan dengan Tuhan. Kita kini dapat mendekat kepada-Nya dalam kekudusan-Nya, bukan karena kebaikan kita sendiri, tetapi karena karya penebusan Kristus. Namun, anugerah ini tidak memberikan kita lisensi untuk hidup sembarangan. Sebaliknya, anugerah ini memampukan kita untuk hidup kudus, seperti Tuhan yang kudus.
Menyatakan kekudusan Tuhan berarti menjalani kehidupan yang terpisah dari dosa dan terarah kepada Tuhan. Ini melibatkan pengudusan diri terus-menerus, mempelajari Firman-Nya, berdoa, dan taat pada kehendak-Nya. Ketika kita hidup dalam kekudusan, kita tidak hanya menyenangkan hati Tuhan, tetapi juga menjadi terang dan garam bagi dunia. Sikap, perkataan, dan perbuatan kita yang mencerminkan kekudusan Tuhan akan menarik orang lain kepada-Nya dan memuliakan Nama-Nya. Peristiwa Nadab dan Abihu mengingatkan kita bahwa ibadah yang tulus dan taat adalah kunci untuk mengalami hadirat Tuhan yang memuaskan, bukan mendatangkan murka. Mari kita senantiasa mengingat dan menghidupi kebenaran agung ini.