"Dan kamu, janganlah kamu keluar dari pintu Kemah Suci, sebab minyak urapan TUHAN ada padamu." Dan mereka melakukan seperti yang difirmankan Musa.
Ayat Imamat 10:7 merupakan sebuah peringatan dan sekaligus penegasan penting yang diucapkan Musa kepada Eleazar dan Itamar, dua putra Harun yang tersisa setelah kematian kakak mereka, Nadab dan Abihu. Peristiwa ini terjadi sesaat setelah Tuhan menghakimi Nadab dan Abihu karena mempersembahkan api asing di hadapan Tuhan, yang mengakibatkan kematian mereka seketika.
Dalam konteks ini, firman Musa, "Dan kamu, janganlah kamu keluar dari pintu Kemah Suci, sebab minyak urapan TUHAN ada padamu," memiliki makna yang sangat mendalam. Minyak urapan melambangkan penunjukan dan penegasan dari Tuhan. Dengan diurapi, Harun dan keluarganya ditetapkan untuk melayani Tuhan di Kemah Suci. Peringatan ini bukan sekadar larangan fisik untuk tidak keluar dari area suci, tetapi juga sebuah pengingat akan status kekudusan dan tanggung jawab mereka sebagai imam.
Kematian Nadab dan Abihu menjadi momen yang sangat menyedihkan sekaligus menakutkan bagi bangsa Israel. Hal ini menunjukkan betapa seriusnya Tuhan memandang kekudusan ibadah-Nya. Kesalahan kecil dalam mempersembahkan korban atau menjalankan tugas keimaman bisa berakibat fatal. Musa, sebagai perantara antara Tuhan dan umat-Nya, merasa perlu untuk menegaskan kembali otoritas dan kekudusan tugas keimaman kepada para putra Harun yang masih hidup. Mereka harus memahami bahwa pelayanan mereka adalah panggilan ilahi yang memerlukan ketaatan mutlak.
Frasa "minyak urapan TUHAN ada padamu" adalah pengingat bahwa mereka memiliki legitimasi ilahi untuk menjalankan tugas mereka. Ini juga berarti mereka memiliki tanggung jawab yang besar untuk bertindak sesuai dengan kekudusan Tuhan. Oleh karena itu, mereka harus tetap berada di dalam area yang ditentukan, di dalam Kemah Suci, tempat kehadiran Tuhan berdiam. Keluar dari area ini tanpa izin atau tanpa alasan yang jelas bisa dianggap sebagai penolakan terhadap otoritas Tuhan atau ketidakpedulian terhadap kekudusan pelayanan.
Respons Eleazar dan Itamar, "Dan mereka melakukan seperti yang difirmankan Musa," menunjukkan ketaatan mereka. Di tengah kesedihan dan ketakutan, mereka memilih untuk menundukkan diri pada firman Tuhan yang disampaikan melalui Musa. Ketaatan ini sangat penting. Ini bukan hanya tentang mengikuti instruksi, tetapi juga tentang mempercayai hikmat dan kehendak Tuhan. Ketaatan mereka menandai dimulainya generasi baru dalam pelayanan keimaman, yang diharapkan akan menjalankan tugas mereka dengan lebih hati-hati dan penuh hormat.
Ayat Imamat 10:7, dalam kesederhanaannya, mengandung pelajaran abadi tentang kekudusan ibadah, pentingnya ketaatan terhadap firman Tuhan, dan konsekuensi dari pelayanan yang tidak sesuai. Bagi umat Tuhan di sepanjang zaman, ayat ini menjadi pengingat bahwa ibadah yang tulus membutuhkan penghormatan terhadap standar kekudusan Tuhan, dan bahwa panggilan untuk melayani Tuhan harus selalu dijalani dengan kesadaran penuh akan otoritas dan kehendak-Nya. Ketaatan Eleazar dan Itamar menjadi fondasi penting bagi kelanjutan misi ibadah Israel.