Imamat 11:10

"Tetapi segala yang tidak bersirip dan tidak bersisik di dalam lautan dan di dalam air, sekalian itu adalah kekejian bagi kamu."
AIR

Kisah tentang makanan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi oleh umat Israel kuno merupakan salah satu bagian penting dari Kitab Imamat. Perintah-perintah ini tidak hanya sekadar aturan diet, tetapi memiliki makna spiritual dan teologis yang mendalam. Ayat imamat 11 10 secara spesifik memberikan batasan mengenai jenis makhluk laut yang diizinkan untuk dikonsumsi.

Ayat tersebut berbunyi, "Tetapi segala yang tidak bersirip dan tidak bersisik di dalam lautan dan di dalam air, sekalian itu adalah kekejian bagi kamu." Perintah ini membedakan antara makhluk air yang dianggap najis dan yang dianggap tahir. Kriteria utama yang diberikan adalah keberadaan sirip dan sisik. Makhluk laut yang memiliki kedua ciri ini dianggap layak untuk dikonsumsi, sementara yang tidak memilikinya harus dijauhi.

Penggambaran makhluk air yang diizinkan dalam Imamat 11:9, yaitu yang memiliki sirip dan sisik, menunjukkan adanya dualisme. Ini menyiratkan bahwa ada tatanan dan keteraturan dalam ciptaan Tuhan, bahkan dalam aspek yang tampaknya sederhana seperti pemberian izin makan. Sirip memungkinkan pergerakan yang terarah, sementara sisik memberikan perlindungan. Keduanya melambangkan kesempurnaan dan integritas yang mungkin tidak dimiliki oleh makhluk air lain yang dianggap "kekejian".

Mengapa perintah ini diberikan? Ada beberapa interpretasi. Salah satunya adalah untuk membedakan umat Israel dari bangsa-bangsa lain di sekitar mereka. Dengan mengikuti hukum-hukum Tuhan, termasuk aturan makanan, Israel mengidentifikasi diri mereka sebagai umat pilihan yang hidup terpisah bagi Tuhan. Selain itu, ada argumen bahwa peraturan ini mungkin berkaitan dengan kebersihan dan kesehatan di lingkungan kuno, meskipun tujuan utama yang dinyatakan dalam Kitab Suci bersifat spiritual.

Dalam konteks yang lebih luas, perintah mengenai makanan dalam Imamat sering kali dilihat sebagai bayangan atau petunjuk akan prinsip-prinsip spiritual yang lebih besar. Perintah imamat 11 10 dan ayat-ayat sekitarnya mengingatkan kita bahwa kesucian dan kekudusan berlaku dalam segala aspek kehidupan, termasuk apa yang kita masukkan ke dalam tubuh kita. Ini adalah pengingat bahwa sebagai pengikut Tuhan, kita dipanggil untuk hidup dengan standar yang berbeda, yang mencerminkan sifat kudus-Nya.

Konsep "kekejian" (to'evah dalam bahasa Ibrani) dalam Kitab Suci sering kali merujuk pada sesuatu yang menjijikkan, bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara moral dan spiritual di hadapan Tuhan. Oleh karena itu, menjauhi makhluk laut yang tidak bersisik dan bersirip bukan hanya masalah selera, tetapi ketaatan kepada perintah ilahi.

Bagi pembaca modern, pesan inti dari imamat 11 10 tetap relevan. Ini mengajarkan pentingnya ketaatan kepada Firman Tuhan dalam segala hal, pemisahan dari dunia, dan pengudusan hidup. Meskipun detail hukum makanan mungkin tidak lagi mengikat secara literal bagi sebagian orang dalam tradisi keagamaan tertentu, prinsip di baliknya—yaitu hidup kudus, taat kepada Tuhan, dan membedakan yang tahir dari yang najis—tetap menjadi pilar iman.