"Juga janganlah kamu menyembelih seekor lembu jantan, atau seekor domba atau kambing di dalam tempat perkhemahan, atau di luarnya."
Ayat Imamat 17:9 ini adalah bagian dari serangkaian hukum yang diberikan oleh Allah kepada bangsa Israel melalui Musa. Perintah ini secara spesifik melarang umat Israel untuk menyembelih hewan kurban, entah itu lembu jantan, domba, atau kambing, di luar tempat ibadah yang ditentukan oleh Tuhan, yaitu di Kemah Pertemuan. Larangan ini bukan sekadar aturan teknis, melainkan memiliki makna teologis yang mendalam.
Tuhan berkehendak agar penyembelihan hewan kurban dilakukan secara terpusat di satu tempat, yaitu di hadapan Kemah Pertemuan. Tujuannya adalah untuk mencegah praktik penyembahan berhala dan ritual-ritual asing yang mungkin dilakukan oleh bangsa-bangsa di sekitar Israel. Dengan memusatkan ibadah dan persembahan di satu lokasi, Israel diajarkan untuk menjaga kesetiaan hanya kepada satu Tuhan yang benar.
Diagram simbolis yang mewakili pengorbanan yang terpusat.
Lebih jauh lagi, Imamat 17:9 menekankan pentingnya ketaatan dan kesucian dalam beribadah kepada Tuhan. Allah tidak hanya peduli pada siapa yang disembah, tetapi juga bagaimana ibadah itu dilakukan. Melanggar perintah ini berarti menunjukkan ketidakpedulian terhadap otoritas ilahi dan komitmen terhadap jalan yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Ini juga mencerminkan prinsip bahwa semua persembahan harus dipersembahkan dengan benar, melambangkan penyerahan diri sepenuhnya kepada kehendak Tuhan.
Dalam konteks yang lebih luas, ayat ini mempersiapkan umat Israel untuk memahami konsep penudusan. Hewan yang dipersembahkan haruslah yang terbaik, tanpa cacat, dan diserahkan di tempat yang kudus. Larangan menyembelih di luar tempat yang ditetapkan menunjukkan bahwa tempat ibadah itu sendiri adalah tempat yang dikuduskan, dan segala sesuatu yang terjadi di dalamnya harus mencerminkan kekudusan Tuhan. Ini adalah pengingat bahwa ibadah yang sejati selalu melibatkan pemisahan diri dari dunia dan segala praktik yang tidak sesuai dengan standar Allah.
Ketaatan pada Imamat 17:9 mengajarkan kepada bangsa Israel sebuah pelajaran penting tentang pentingnya kekhususan dalam hubungan mereka dengan Allah. Tuhan adalah Allah yang kudus dan eksklusif. Dia tidak berbagi kemuliaan-Nya dengan ilah lain, dan Dia tidak mengizinkan ibadah-Nya dicampur dengan praktik-praktik yang tidak berkenan kepada-Nya. Perintah ini membentuk dasar bagi identitas Israel sebagai umat yang terpisah dan dikuduskan bagi Tuhan.
Meskipun hukum-hukum dalam Imamat adalah bagian dari Perjanjian Lama, prinsip-prinsip di baliknya tetap relevan. Konsep pentingnya ibadah yang terpusat pada Kristus, ketaatan yang tulus, dan kesucian dalam mendekati Allah terus bergema dalam kehidupan orang percaya saat ini. Kita dipanggil untuk menguduskan diri dan mempersembahkan hidup kita sebagai kurban yang hidup dan kudus, yang berkenan kepada Allah, bukan di sembarang tempat, tetapi dalam hadirat-Nya yang kudus melalui iman kepada Yesus Kristus.