"Imam besar yang diurapi, yang minyak urapannya telah dicurahkan ke atas kepalanya, dan yang tangannya telah ditahbiskan untuk mengenakan pakaian imam, janganlah ia membuka rambutnya atau mengoyakkan pakaiannya."
Ayat Imamat 21:10 merupakan bagian penting dari hukum-hukum yang diberikan Tuhan kepada bangsa Israel, khususnya yang berkaitan dengan kekudusan para imam. Ayat ini menetapkan standar perilaku yang sangat spesifik bagi seorang imam besar, menyoroti tanggung jawab dan keistimewaan posisinya di hadapan Tuhan dan umat-Nya. Inti dari larangan ini adalah menjaga kesucian dan kehormatan sebagai wakil Tuhan.
Seorang imam besar memiliki peran sentral dalam ibadah Israel kuno. Ia adalah perantara utama antara Tuhan dan manusia. Minyak urapan yang dicurahkan ke atas kepalanya melambangkan pengudusan khusus dan peneguhan dari Tuhan. Penahbisan tangannya juga menunjukkan bahwa seluruh keberadaannya, mulai dari pemikiran, perkataan, hingga perbuatan, didedikasikan sepenuhnya untuk pelayanan ilahi. Oleh karena itu, setiap tindakannya harus mencerminkan kekudusan Tuhan sendiri.
Larangan untuk tidak membuka rambutnya (mengoyakkan rambut yang biasanya tertata rapi sebagai simbol kesedihan mendalam atau ketidakpedulian terhadap penampilan yang teratur) dan tidak mengoyakkan pakaiannya (simbol kesedihan yang luar biasa atau duka cita yang mendalam) menekankan bahwa seorang imam besar harus selalu menjaga ketenangan, kendali diri, dan kesungguhan dalam pelayanannya. Meskipun kesedihan adalah emosi manusiawi yang wajar, seorang imam besar tidak boleh membiarkan kesedihan pribadi mengganggu kekudusan dan ketertiban pelayanannya. Tindakan-tindakan seperti itu bisa diartikan sebagai ekspresi ketidaktaatan atau ketidakmampuan untuk mengendalikan diri, yang tidak layak bagi seseorang yang mewakili Tuhan.
Lebih dari sekadar peraturan eksternal, larangan ini menyiratkan sebuah prinsip teologis yang mendalam: kekudusan Tuhan harus dijaga dengan sungguh-sungguh. Para imam adalah teladan bagi seluruh umat. Jika pemimpin ibadah mereka menunjukkan ketidakpedulian terhadap standar kesucian, bagaimana umat dapat belajar dan dipimpin untuk hidup kudus? Imamat 21:10 mengajarkan bahwa pelayanan kepada Tuhan menuntut dedikasi penuh, disiplin diri, dan rasa hormat yang mendalam terhadap kehadiran dan kehendak-Nya. Itu adalah panggilan untuk menahan diri dari perilaku yang tidak pantas bagi posisi suci yang diemban, bahkan dalam situasi pribadi yang sulit.
Bagi umat percaya di masa kini, ayat ini tetap relevan. Meskipun kita tidak lagi memiliki sistem keimamatan seperti di Perjanjian Lama, kita semua dipanggil menjadi "imam-imam Raja" (1 Petrus 2:9). Ini berarti kita memiliki akses langsung kepada Tuhan melalui Yesus Kristus dan dipanggil untuk mewakili-Nya di dunia. Oleh karena itu, kita juga dituntut untuk hidup kudus, mengendalikan emosi kita, dan menjaga kehormatan nama Tuhan dalam segala aspek kehidupan kita. Setiap tindakan kita, terutama yang berkaitan dengan pelayanan dan kesaksian iman, harus mencerminkan kekudusan, keteraturan, dan integritas yang sesuai dengan panggilan kita.