Imamat 22:7 - Hidup Kudus dan Suci dalam Kasih

"Apabila seorang dari pada kamu makan daging binatang yang mati dengan sendirinya atau yang diterkam binatang, janganlah ia memakannya, supaya jangan ia menjadi najis olehnya. Akulah TUHAN."
Simbol keterhubungan dan kesucian SUCI

Simbol Keterhubungan dan Kesucian

Ayat Imamat 22:7 adalah bagian dari serangkaian instruksi ilahi yang diberikan kepada bangsa Israel kuno mengenai peraturan kebersihan dan kekudusan. Perintah ini, yang terletak dalam konteks hukum Taurat yang diberikan oleh Tuhan melalui Musa, bukan sekadar aturan kesehatan belaka, melainkan sebuah fondasi penting bagi cara hidup umat pilihan-Nya. Konteksnya adalah menjaga umat dari segala bentuk kenajisan, baik fisik maupun rohani, agar mereka dapat hidup berkenan di hadapan Tuhan.

Secara spesifik, perintah untuk tidak memakan daging binatang yang mati dengan sendirinya atau yang diterkam binatang bertujuan untuk mencegah kontak dengan sumber penyakit dan kebusukan. Di zaman itu, tanpa pengetahuan medis modern, praktik semacam ini dapat dengan mudah menyebarkan penyakit yang mematikan. Namun, di luar aspek kesehatan praktis, larangan ini juga memiliki dimensi spiritual yang lebih dalam. Tuhan ingin umat-Nya membedakan diri dari bangsa-bangsa lain yang mungkin tidak memiliki standar kebersihan dan kekudusan yang sama.

Setiap peraturan yang diberikan Tuhan, termasuk larangan memakan bangkai, mencerminkan keinginan-Nya agar umat-Nya hidup kudus dan suci. Kekudusan dalam pengertian alkitabiah berarti terpisah, berbeda, dan didedikasikan untuk Tuhan. Dengan mematuhi perintah-Nya, bangsa Israel belajar untuk memisahkan diri dari cara hidup dunia yang cemar dan hidup sesuai dengan standar-Nya yang murni. Menghindari apa yang dianggap najis adalah langkah nyata untuk menjaga kemurnian dalam segala aspek kehidupan mereka, termasuk apa yang mereka konsumsi.

Penegasan "Akulah TUHAN" di akhir ayat tersebut adalah pengingat yang kuat akan otoritas dan sumber dari perintah ini. Tuhan memperkenalkan diri-Nya sebagai Yahweh, Sang Perjanjian, yang hadir dan berinteraksi dengan umat-Nya. Ini bukan sekadar aturan manusia, melainkan firman dari Pencipta semesta yang memiliki kuasa dan hak untuk menetapkan standar bagi ciptaan-Nya. Ketaatan pada firman-Nya adalah bentuk penghormatan dan pengakuan atas kedaulatan-Nya.

Dalam perspektif Kristen modern, prinsip kekudusan yang terkandung dalam Imamat 22:7 tetap relevan. Meskipun kita tidak lagi terikat pada hukum Taurat dalam hal makanan seperti bangsa Israel, prinsipnya mengajarkan kita untuk menjaga diri dari segala sesuatu yang dapat mencemari kesaksian iman kita. Ini mencakup menjaga pikiran kita dari hal-hal yang tidak murni, menghindari pergaulan yang buruk, dan secara sadar memilih gaya hidup yang mencerminkan nilai-nilai Kerajaan Allah. Seperti Tuhan yang memanggil Israel untuk menjadi umat yang kudus, Dia juga memanggil orang percaya saat ini untuk hidup kudus dalam perkataan, perbuatan, dan pikiran.

Imamat 22:7 mengingatkan kita bahwa hidup yang berkenan di hadapan Tuhan melibatkan perhatian pada detail-detail kehidupan sehari-hari. Ini adalah tentang bagaimana kita mengelola tubuh kita, apa yang kita masukkan ke dalamnya, dan bagaimana kita menjaga kesucian kita sebagai representasi dari Tuhan di dunia. Dengan memelihara kekudusan, kita tidak hanya menjaga diri kita sendiri, tetapi juga menjadi saksi yang lebih efektif tentang kebaikan dan kemurnian Tuhan.