"Selama tujuh hari haruslah kamu mempersembahkan korban api-apian kepada TUHAN; pada hari yang kedelapan haruslah kamu mengadakan pertemuan kudus dan mempersembahkan korban api-apian kepada TUHAN. Itu adalah pertemuan raya, dilarang melakukan pekerjaan berat."
Ayat Imamat 23:36 merupakan bagian dari instruksi mendetail yang diberikan Tuhan kepada Musa mengenai perayaan hari-hari raya umat Israel. Bagian ini secara spesifik merujuk pada penutupan dari serangkaian hari raya yang dimulai dengan Hari Raya Pondok Daun (Sukkot). Perayaan ini memiliki makna mendalam yang mencerminkan hubungan antara Tuhan dan umat-Nya, serta mengingatkan mereka akan janji dan berkat yang telah diberikan.
Selama tujuh hari, umat Israel diperintahkan untuk mendiami pondok-pondok daun sebagai pengingat akan masa ketika mereka hidup di padang gurun setelah keluar dari tanah Mesir. Ini adalah periode yang penuh sukacita dan rasa syukur atas pemeliharaan Tuhan. Namun, Imamat 23:36 menandai puncak dari perayaan ini, yaitu pada hari kedelapan. Hari ini bukanlah sekadar akhir dari minggu perayaan, melainkan sebuah pertemuan raya yang memiliki kekhususan tersendiri.
Penekanan pada "pertemuan kudus" dan "persembahkan korban api-apian kepada TUHAN" menunjukkan betapa pentingnya hari kedelapan ini. Ini adalah momen untuk berkumpul kembali, memfokuskan kembali hati dan pikiran pada Tuhan, serta mempersembahkan kurban sebagai tanda pengabdian dan penebusan dosa. Perintah untuk mempersembahkan "korban api-apian" mengacu pada kurban yang dibakar seluruhnya atau sebagian di mezbah, yang asapnya naik sebagai bau yang menyenangkan bagi Tuhan, melambangkan penyerahan diri total kepada-Nya.
Poin krusial lainnya dari ayat ini adalah larangan untuk "melakukan pekerjaan berat." Ini menggarisbawahi sifat sakral dari hari kedelapan ini. Seperti hari Sabat, hari kedelapan ini adalah hari istirahat yang kudus, sebuah kesempatan untuk sepenuhnya fokus pada Tuhan dan persekutuan dengan-Nya tanpa gangguan dari aktivitas duniawi. Ini adalah waktu untuk memperbaharui kekuatan rohani dan memperdalam hubungan dengan Sang Pencipta.
Dalam konteks yang lebih luas, perayaan ini mengajarkan prinsip-prinsip penting tentang ibadah, rasa syukur, dan istirahat. Ia mengingatkan umat bahwa kehidupan seharusnya tidak hanya diisi dengan kerja keras, tetapi juga dengan momen-momen yang dikhususkan untuk Tuhan. Merayakan hari-hari raya seperti ini membantu menjaga identitas umat sebagai umat pilihan Tuhan, serta menumbuhkan kesadaran akan sejarah dan pemeliharaan-Nya. Hari kedelapan, sebagai hari pertemuan raya, menjadi penutup yang penuh berkat, mengukuhkan kembali komitmen mereka kepada Tuhan dan janji-janji-Nya.