Imamat 23:6 - Pesta Roti Tidak Beragi

"Dan pada hari kelima belas bulan itu ialah hari raya Roti Tidak Beragi bagi TUHAN; tujuh hari lamanya kamu harus makan roti yang tidak beragi."
Simbol Roti dan Cawan

Imamat 23:6 menggarisbawahi pentingnya Pesta Roti Tidak Beragi, sebuah perayaan yang menjadi bagian integral dari kalender keagamaan Israel kuno. Ayat ini tidak hanya menetapkan waktu pelaksanaan perayaan, tetapi juga memberikan instruksi utama: makan roti yang tidak beragi selama tujuh hari. Perintah ini berakar kuat pada peristiwa keluarnya bangsa Israel dari perbudakan di Mesir, di mana mereka harus pergi dengan tergesa-gesa, tanpa waktu untuk membuat roti beragi. Roti yang tidak beragi, atau matza, menjadi simbol pengingat akan kelepasan mendadak dan kerendahan hati dalam menghadapi anugerah Tuhan.

Pesta Roti Tidak Beragi, yang seringkali dirayakan bersamaan dengan Paskah, bukan sekadar ritual. Ia adalah sebuah narasi yang hidup, sebuah pengajaran visual tentang kesucian dan keseriusan. Ragi dalam tradisi alkitabiah seringkali melambangkan kejahatan, kebusukan, atau pengaruh yang merusak. Dengan membuang dan tidak memakan ragi selama tujuh hari, umat Israel diperintahkan untuk membersihkan diri dari "ragi" dosa dan kejahatan dalam hidup mereka. Ini adalah panggilan untuk kesucian, untuk kembali kepada keadaan murni di hadapan Tuhan, sama seperti roti yang belum terkontaminasi oleh ragi.

Perayaan ini juga menekankan pentingnya ketaatan. Tuhan memberikan perintah yang jelas, dan umat-Nya diharapkan untuk mematuhinya tanpa bertanya. Ketujuh hari perayaan menjadi periode refleksi dan penyucian. Selama waktu ini, segala sesuatu yang beragi disingkirkan dari rumah dan dari pandangan. Ini adalah sebuah latihan disiplin rohani yang mengajarkan umat untuk senantiasa waspada terhadap pengaruh negatif yang dapat menyusup ke dalam kehidupan mereka dan menjauhkan mereka dari jalan Tuhan.

Pesan dari Imamat 23:6 bergema hingga masa kini. Bagi orang percaya, Pesta Roti Tidak Beragi dapat diinterpretasikan secara spiritual. Kita dipanggil untuk menyingkirkan "ragi" dosa, kesombongan, kepahitan, atau kebohongan dari kehidupan kita. Kita didorong untuk hidup dalam kesucian, memakan "roti" kebenaran firman Tuhan, dan mengandalkan anugerah-Nya untuk kelepasan dari perbudakan dosa. Setiap tahun, perayaan ini menjadi pengingat akan kuasa penebusan Tuhan, pembebasan dari penindasan, dan panggilan untuk hidup dalam kemurnian dan ketaatan.

Perintah untuk makan roti tidak beragi selama tujuh hari adalah ajakan untuk terus menerus memeriksa hati dan pikiran kita. Apakah ada "ragi" yang telah menyusup dan mulai merusak? Apakah kita hidup dalam kebenaran dan kesucian yang Tuhan inginkan? Dengan merenungkan makna di balik perayaan ini, kita diingatkan akan pentingnya menjaga diri tetap murni di hadapan Sang Pencipta, selalu siap untuk melangkah maju dalam perjalanan iman kita, seperti bangsa Israel yang melangkah keluar dari Mesir menuju tanah perjanjian. Perayaan ini adalah pengingat abadi akan anugerah Tuhan yang membebaskan dan panggilan untuk hidup dalam kekudusan.